[Nasional-a] [Nasional]: [kebijakan_partisipatif] Ulil Bakar Ba'asyir 3/4
nasional-a@polarhome.com
nasional-a@polarhome.com
Sat Nov 23 17:00:26 2002
[kebijakan_partisipatif] Ulil Bakar Ba'asyir bag. 3/4
MODERATOR: Ternyata ustad Ba'asyir masih online bersama kita. Dan
saya mendapat informasi dari Maber Polri bahwa tim Mabes Polri sudah
pulang dari AS memeriksa Al-Faruq. Hasilnya Al-Faruq confirm,
artinya Faruq bicara dengan polisi Indonesia bahwa isi majalah Times
yang menyebut soal Ba'asyir, Jamaah Islamiyah, keterlibatan atas
beberapa teror di wilayah Asia Tenggara itu benar. Faruq
mengungkapkan ini kepada polisi Indonesia bukan lagi kepada polisi
Amerika. Soal itu saya ingin tanya dengan Abu Bakar Ba'asyir yang
masih bersama kita.
MODERATOR: Kyai, bagaimana dengan informasi terakhir ini?
Ba'asyir: Saya siap diperiksa dan Al-Faruq datangkan ke sini.
Persoalan itu adalah persoalan kecil bagi saya. Jadi perlu saya
luruskan satu pemahaman Ulil tadi. Jadi seolah-olah kalau
hubungannya dengan saya itu sama dengan Islam. Itu bukan begitu.
Masalah teror mari kita jangan menutup mata dan telinga. Istilah
teoro ini dimonopoli definisinya oleh Amerika dan itu diarahkan
teror itu kepada orang Islam. Jadi mesti penegak-penegak hukum
Islam. Itulah pengertian teroris yang dimonopoli oleh orang Amerika.
Ini satu kenyataan. Kalau kita kembali kepada definisi teror yang
sebenarnya itu harus berdasarkan kenyataan suatu perbuatan yang
merusak dan menakut-nakuti orang. Kalau kita melihat apa alasan
Amerika mengebom afganistan. Apa alasan Amerika mengejar-ngejar
Osama dengan tuduhan terlibat mengebom WTC. Tetapi pada sampai
akhirnya Amerika tidak bisa membuktikan. Itulah teror yang
sebenarnya. Sekarang Israel membunuh bangsa Palestina, menjajah
bangsa Palestina. Dengan enak membunuhi ana-anak, perempuan,
rumah-rumah dihancurkan dengan begitu enak, dan itu dibantu oleh
Amerika. Itulah arti teror yang sebenarnya. Adapun Osamah dan
Taliban, sekali lagi saya bukan fanatik pada orangnya dan
organisasinya. Mereka itu menyerang Amerika karena membela diri.
Karena mereka diserang lebih dahulu. Sekarang, sekali lagi, saya
ingatkan kepada saudara-saudara yang beragama Islam bahwa watak
orang kafir itu selalu ingin memadamkan cahaya umat Islam dengan
berbagai cara makar. Ini yang harus kita pahami. Jadi masalah Mabes
sudah mengambil keputusan, silakan memegang saya. Silakan memanggil
saya. Saya siap dipegang, saya siap dipangil. Persoalan ini
persoalan kecil buat saya, tetapi saya tetap menuntut supaya Faruq
didatangkan ke sini.
MODERATOR: Tapi ada bukti lain, yaitu tentang foto-foto dan beberapa
saksi mata yang menyebutkan bahwa memang Faruq memang hadir saat
deklarasi Majelis Mujahidin Indonesia.
Ba'asyir: Kalau Faruq hadir ketika deklarasi tidak berarti kenal.
Banyak orang yang hadir saya tidak tahu, dia tahu saya. Itu bukti
anak kecil. Silakan. Ada foto apalah. Memang benar-benar saya tidak
kenal dia. Silakan datangkan ke sini. Kalau memang pemerintah itu
jantan, laki-laki itu datangkan ke sini. Jangan takut pada Amerika.
Takutlah pada Allah. Kalau Amerika itu memang benar-benar, datangkan
Faruq ke sini. Itu namanya bukti yang benar. Jangan omong saja. Saya
siap sewaktu-waltu. Saya tidak akan lari.
MODERATOR: Satu hal lagi Pak Kyai. Ada tokoh bernama Fathurrahman
Al-Ghazi dan memang confirm juga, yang pernah berguru di Ngruki di
pesantren Anda. Tentang santri Anda ada yang berniat bunuh diri jika
Anda ditangkap oleh polisi. Bagaimana dengan ini?
Ba'asyir: itu hanya omongan-omongan di luar. Saya tidak mendengarnya
sendiri. Saya membaca koran dan saya juga terkejut. Saya kira Kalau
pun itu ada hanya orang emosi.
MODERATOR: tidak akan ada bom bunuh diri kalau Anda ditangkap?
Ba'asyir: Mudah-mudahan tidak ada. Untuk apa? Jadi persoalannya
kalau memang saya ditangkap dan itu untuk klarifikasi, itu baguslah.
Bagaimana saya pernah dipanggil untuk klarifikasi dulu di Malaysia,
saya siap. Hari ini saya tidak hadir karena saya sakit dan memang
saya belum menerima surat panggilan dari polisi.
FAUZAN: Saya ingin mendukung data dari pak Abu Bakar Ba'asyir. Jadi
memang selama ini terorisme selalu tidak terdefinisikan. Akhirnya
terjadi standar ganda. Satu sisi Amerika memposisikan Osama sebagai
teroris tapi sisi Amerika tidak mau memposisikan Osama sebagai
teroris. Sekarang Indonesia telah masuk perangkap kampanye isu anti
terorisme yang dilansir oleh Amerika. Amerika hanya punya dua
pilihan; state or =85.(?)
Kemudian kenapa sasaran dari terorisme itu adalah Islam
fundamentalis? Anda harus membuka seized the moment (???) yang
ditulis oleh mantan presiden Amerika richard (who?) dia menulis ada
lima ciri Islam fundamentalis. Pertama, mereka yang anti pada barat.
Kedua, mereka yang ingin menerapkan syariat Islam. Ketiga, mereka
yang ingin membangun peradaban Islam. Keempat, mereka yang tidak
ingin memisahkan Islam dan negara. Dan kelima, mereka yang
menjadikan masa lalu menjadi panduan untuk masa depan. Sehingga
dengan ciri lima ini mana pun dan dimana pun gerakan Islam, maka
akan dicap sebagai gerakan Islam fundamentalis sama dengan teroris.
Dan itu pula yang diproklamirkan oleh JIL dengan situsnya. Tapi
sekarang sudah itdak ada. Sekarang sudah dicabut. Saya kira apa yang
dimaksud Abu Bakar Ba'asyir tadi sudah tepat. Jadi sasaran teroris
adalah umat Islam. Bagi kami teroris yang sebenarnya adalah zionis
dan Amerika. Amerika itu pun hanya sebagai korban. Saya katakan
ketika ada media baru mengatakan kepada saya "apakah Anda memusuhi
kami warga Amerika?" Tidak. Warga Amerika banyak juga yang muslim.
Mereka saudara-saudara kami. Kami hanya tidak ingin kebijakan
politik luar negeri pemerintah Anda. Kenapa politik pemerintah
mendukung Israel habis-habisan? Sehingga pemerintah Anda telah
menyeret warga Amerika yang tidak berdoa ke dalam konflik yang
berkepanjangan. Oleh karena itu suapaya mereka sadar dan kalau bisa
masuk Islam, supaya selamat dunia akhirat.
ULIL: Inilah bentuk propaganda ala mujahidin. Ini juga black
propaganda yang sama berbahayanya black propagandanya Bush. Maka nya
sayapernah nulis bahwa bin ladenisme itu bisa dilakuan oleh Bush,
bisa dilakukan oleh Osama. Saya tidak peduli apakah hal semacam ini
dilakukan oleh Amerika terhadap Irak. Itu saya kritik juga. Jelas
perlakuan Amerika di Palestina itu jelas-jelas salah. Tetapi kita
juga tidak boleh mengabaikan dan jangan lupa sekarang ada terorisme
atas orang Islam di Ayodia, India. Itu semua fakta. Tapi fakta pula
bahwa Al-Qaedah ini jaringan yang berbahaya. Dan tidak ada untungnya
orang Islam membela Osama dan menganggapnya sebagai pahlawan
seolah-olah dia wakil dari dunia Islam. Bagi saya tidak ada
manfaatnya sama sekali. Saya sebagai orang Islam merasa insulted (?)
saya merasa betul-betul tersinggung karena Osama seperti hero. Dan
itu dikatakan berkali-keli oleh Abu Bakar Ba'asyir. Bagi saya,
bagaimana Osama dianggap sebagai pahlawan Islam? Tidak bisa itu. Ini
menurut saya membodohi pandangan umat Islam si kalangan masyarakat
bawah. Ini semua tidak boleh diteruskan. Orang Islam semua harus
sadar bahwa fakta ada kekerasan. Ini ada jaringan kekerasan. Kita
usut siapa pun orangnya. Yang terbukti nanti militer, yang terbukti
nanti Abu Bakar Ba'asyir, atau Osama itu harus diadili.
Kelik: Seperti tadi saya katakan, sebetulnya ada dua tugas utama
yang pokok. Satu sisi harus mencari aktor pengeboman, yang kedua
persoalan harus mencari akar penyebab terjadinya terorisme ini. Satu
kita melihat krisis dunia yang saat ini sedang terjadi kemudian
bagaimana tindakan Amerika melakukan ekspansi penyerangan ke Israel
(Kok?), Irak, Afganistan. Kemudian saya ingatkan bahwa itu
semata-mata bukan persoalan antara Islam dan barat. Karena untuk
menyerang afganistan pun Amerika minta bantuan negara-negara Islam.
Untuk menyerang Irak pun Amerika masih mencari dukungan
negara-negara Islam. Sehingga tidak benar sama sekali bahwa
persoalan yang terjadi saat ini adalah persoalan Islam dengan
Amerika. Kemudian yang sukup lebih penting lagi adalah bagaimana
sebenarnya pemerintah Megawati ini merespon. Mampu tidak
pemerintahan megawati ini mengusut tuntas kasus yang terjadi di Bali
ini. Saya tadi katakan seperti yang ditulah kemudian oleh Ulil bahwa
bukan berarti statement saya berarti bahwa terorisme itu sudah biasa
dan dilakukan oleh negara kita. Bukan berarti saya melegitimasi apa
yang dilakukan teroris saat ini. Karena itu benar-benar sebuah
pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Siapa pun yang
melakukannya itu benar-benar tidak layak lagi hidup di tetapi yang
lebih penting saat ini bisa tidak pemerintahan megawati ini dengan
tadi yang diutarakan oleh Ulil bahwa pemerintahan megawati tidak
punya perspektif ekonomi, perspektif politik. Kemudian solusinya
apa. Itu sebenarnya yang sangat penting untukke depan. Karena yang
saya takutkan bahwa dampak dari serangan terorisme ini adalah
persoalan kembalinya rezim lama, kembalinya pola-pola security
approach yang dilakukan oleh negara dan ini, seperti yang dikatakan
Pak Muhyar tadi, sekuat apa pun rumah kita itu pasti ada tikus yang
masuk. Makanya jangan sampai RUU anti terorisme ini kemudian
disahkan oleh DPR, yang kita juga harus belajar bahwa selama ini
Suharto telah melakukan pola yang sama dan itu telah melahirkan
sebuah perubahan yang cukup mahal bagi bangsa Indonesia. Itu
sebenarnya yang tidak ingin kita harapkan bahwa terorisme ini
kemudian melegitimasi tindakan negara untuk melakukan represif.
MODERATOR: Apa yang tadi diperdebatkan oleh Ulil dan fauzan, dan
tadi diberi perspektif lain oleh Klik, itu juga ternyata yang
berpengaruh pada kerja Anda dan teman-teman Anda.
Muhyar: Ketakutan Klik ini terhadap perpu anti terorisme, menurut
saya, tidak komprehensif. Benar pada masa Suharto ada UU subversi.
Tapi tidak hanya itu. Bahwa pada masa suharto ada DPR yang dikebiri.
Pada masa Suharto ada kekuatan militer yang sangat dominan. Pada
masa Suharto ada Suharto sendiri yang jadi tiran. Tetapi pada masa
sekarang kita ada pemerintahan, ada suasana yang demokratis yang
Anda sendiri perjuangkan. Ada pers yang bebas. Ada DPR yang semakin
menguat. Maka adanya UU anti terorisme tidak akan mungkin menjadi
suatu UU yang berada dil luar sistem. UU anti terorisme ini pun
harus berada di dalam sistem. Sehingga tidak mungkin UU ini akan
berada dan digunakan untuk tindakan-tindakan seperti pada masa orde
baru dulu. Jadi, menurut saya, itu kekhawatiran yang seperti asap.
Yang kerangka logikanya tidak masuk. Karena faktor-faktornya tidak
masuk. independen variabelnya tidak masuk. Jadi, menurut saya, bahwa
ini adalah suatu kejahatan. Tindakan terorisme harus dilengkapi
dengan satu perangkat hukum yang sesuai dengan semangat demokrasi,
dengan semangat penghargaan HAM. Itulah yang kita butuhkan. Dan
bilamana nanti ada penyelewengan, maka mekanisme demokrasi yang
sudah berjalan sekarang tentunya kita harapkan mampu mencegah
hal-hal itu. Tetapi jangan karena ketakutan kita, kemudian
mengharamkan UU anti terorisme ini dengan mengasumsi, biarin saja
terorisme ada yang penting tidak ada penyelewengan. Padahal
penyelewengan itu sebenarnya adalah ketakutan yang semu.
MODERATOR: Kenapa Anda tidak mau terlibat dalam perdebatan tadi.
Muhyar: Itu dimensinya sudah lain. Saya paham itu karena saya
beragama Islam, saya belajar, saya ngaji juga. Kalau sebagai pribadi
mungkin saya ikut juga, tetapi dalam hal ini saya bertindak sebagai
juru bicara.
Heru: Diskusi tentang siapa dalang pemboman di Bali, saya pikir kita
harus menggarisbawahi siapanya. Dan mungkin ada banyak motif
bermunculan saat ini, bahkan dipolitisasi ke berbagai macam hal,
termasuk penerbitan perpu dan macam-macam ini. Ada satu motif yang
dilupakan orang-orang yaitu motif ekonomi, motif bisnis. Motif yang
disebutkan sejak awal oleh Kapolda Bali, yaitu bahwa ini tindakan
kriminal biasa. Tapi kemudian karena korbannya sekian ratus orang
dan kemudian ini melibatkan oprg asing pula, dan banyak disorot
dalam satu konteks terorisme, maka seluruh pikiran kita tertuju pada
ini motifnya terorisme. Kemudian dibuatlah perangkat macam-macam
hal. Sampaikan Pak Muhyar harus sibuk sana sini untuk diskusi
terorisme dan intelejen. Termasuk juga beberapa pakar politik kita
berbicara, kemarin juga di sini, berbicara mengenai kerangka
penataan ulang sistem keamanan nasional, security Internal, dan
macam-macam juga. Kalau menurut saya, tampaknya ada satu motif yang
dilupakan orang, yaitu motif bisnis atau ekonomi
Lubis: Ada satu motif suatu peradaban yang dipaksaan oleh suatu
kelompokatau suatu negara yang memang di negara lain atau kelompok
lain tidak yakin peradaban yang dipaksakan ini terhadap negara atau
bangsa-bangsa lain, dan kapitalis ini, kalau mau saya simpulkan,
tidak mampu menjamin suatu perdamaian dunia. Itu dulu motifnya. Dan
kapitalis ini sangat ditentang oleh sebagian orang di muka bumi ini,
karena membuat orang saling bersaing satu sama lain dan makan
memakan. Jadi, otomatis orang dari kelompok yang ini tidak mau
membiarkan peradaban yang dipaksakan oleh suatu negara itu terhadap
negara-negara lain. Jadi kalau di Bali itu kemungkinan siapa pelaku
oleh kejadian itu berbagai kemungkinan masih mendominasi itu. Bisa
jadi Amerika dengan permainan yang lihai, bisa jadi yang lain.
Tetapi untuk ukuran agama, tentang peradaban ini sebenarnya tidak
kita kkategorikan dalam ukuran agama. Karena sosialisme sudah mati,
tidak bisa lagi untuk menangkal kapitalisme itu. Lalu muncullah
segmen itu.
MODERATOR: bagaimana dengan motif bisnis?
Muhyar: menurut saya sampai saat sekarang semua motif terbuka
kemungkinannya. Itulah perlunya ada investigasi dan itulah yang
sedang dilakukan sekarang oleh aparat keamanan dan aparat intelegen.
MODERATOR: Hasil investigasi yang Anda bilang sudah satu setengah
tahun lalu sudah Anda warning itu, apakah mengarah ke sana juga?
Muhyar: Menurut saya sulit itu dicari pilah-pilahnya. Di dalam motif
ideologi, politik, mungkin juga di dalamnya mengandung motif
ekonomi. Tetapi kita bisa menarik satu persatu, karena semua gerakan
ini memerlukan pembiayaan, pendanaan, yang saling bertautan.
Beberapa waktu yang lalu Bani Indonesia mengusulkan suatu sistem
keamanan yang baru dalam mencetak cek dan giro, warkat kliring.
Karena dicurigai masuknya dana-dana dalam kaitan dengan pencucian
uang, money laundring. Yang diduga, dicurigai, dikhawatirkan
digunakan juga untuk kegiatan-kegiatan di luar kegiatan bisnis,
umpamanya. Seperti semua ini saling bertautan. Selalu terbuka.
FAUZAN: Hasil kajian departemen kami sudah kami pers realesekan.
Mengapa yang dibom Bali yang mayoritas Hindu, kemudian Manado yang
mayoritas kristen. Ini persis seperti apa yang diharapkan oleh
pelaku pengeboman WTC. Begitu terjadi itu kemudian minoritas Islam
di Eropa, Amerika, dan di berbagai negara luar mendapat intimidasi.
Dan kita sudah mendengar pasca peledakan bom di Bali ini bahwa
masjid di=85..(Asraya???) menjadi pelampiasan sekian orang yang
terprovokasi bahwa pelaku peledakan bom Bali adalah umat Islam. Yang
saya masih bersyukur adalah bahwa masyarakat hindu Bali tidak
melakukan hal-hal yang irrasional. Umpamanya melakukan tindakan
pelampiasan kepada minoritas muslim yang ada di Bali. Demikian pula
yang di Manado. Oleh karena itu kami menghimbau sampai pada sesuatu
yang paling pahit, seandainya benar bahwa Amerika kemudian menarik
seluruh staf diplomatiknya karena pemerintah Indonesia tidak mau
menangkap Abu Bakar Ba'asyir, maka kita siap bersama-sama hidup
prihatin mengencangkan ikat pinggang. Kalau selama ini yang siap
untuk menderita adalah rakyat, sedangkan aparat, pejabat memang
belum siap selama ini. Jadi, oleh karena itu kita harus siap mulai
kemandirian bersama-sama. Ini himbauan moral saya.
bersambung kebag. 4/4