[Nasional-a] [Nasional]: [kebijakan_partisipatif] Ulil Bakar Ba'asyir 4/4-tamat
nasional-a@polarhome.com
nasional-a@polarhome.com
Sat Nov 23 17:00:28 2002
[kebijakan_partisipatif] Ulil Bakar Ba'asyir bag. 4/4-habis
Nong: Ini menarik laporan terakhir mengenai Al-Faruq sudah mengakui
mengenal Abu Bakar Ba'asyir, bahkan Abu Bakar Ba'asyir menantang
pemerintah Indonesia untuk membawa Faruq ketemu dengan Abu Bakar
Ba'asyir. Saya sebagai orang awam, kita sudah terteror juga dengan
berita-berita Abu Bakar Ba'asyir terlibat, Amerika terlibat. Menurut
saya, informasi ini merupakan kemajuan yang luar biasa. Ada titik
terangnya. Buat Pak Muhyar, sebenarnya ada tidak prosedur untuk ,
katakanlah, menghadap-hadapkan Abu Bakar Ba'asyir dengan Faruq untuk
mengklirkan kasus ini. Benar tidak terlibat. Jadi tidak dari satu
pihak saja, misalnya polisi sudah dapat oleh-oleh bahwa benar Faruq
mengakui Abu Bakar Ba'asyir itu terlibat dalam kasus-kasus yang
terjadi selama ini. Kedua, kepada Mas Fauzan, berdasarkan kajian
atas apa bahwa paristiwa yang selama ini terjadi itu kemudian
berdampak pada umat Islam. Seakan-akan ini sudah diperhitungkan.
Kalau saya melihat Mas Fauzan ingin menariknya pada bahwa ini tentu
saja orang yang ingin menghancurkan umat Islam. Katakanlah seperti
itu. Saya ingin tahu kajiannya seperti apa. Saya lagi-lagi
mengakibatkan opini publik. Seakan-akan ingin menghancurkan umat
Islam. Padahal saya setuju dengan imam saya Ulil bahwa apapun
kenyataan yang dinyatakan untuk publik kita harus berdasarkan fakta
yang jelas juga. Kita harus fair bahwa kalau memang ada umat Islam
yang melakukan kekerasan seperti sekarang ini, katakanlah benar umat
Islam yang melakukan. Kita harus mengakui itu. Jangan sampai Islam
ternodai oleh orang-orang yang melakukan kekerasan itu.
Ba'asyir: Jadi cobalah kita berpikir secara dingin saja. Mengapa
kalau Amerika berkokok terorisme adalah Osamah, terorisme adalah
Al-Qaedah tanpa ada bukti mereka membuat perbuatan yang membunuh
orang atau menghancurkan gedung-gedung tanpa sebab. Kalau dia
seandainya mengahncurkan kepentingan Amerika itu suatu pembelaan.
Tetapi mengapa kita tidak berani mengatakan bahw Amerika itu
teroris. Israel itu teroris. Karena jelas mereka itu telah membunuhi
orang yang tidak berdosa demi kepentingan dirinya untuk menguasai
mereka itu. Mari kita mengoreksi diri masing-masing. Mengapa kita
tidak berani mengatakan Amerika itu terorisme padahal buktinya
jelas. Saya tidak keberatan Osama dikatakan teroris asal ada bukti
yang jelas. Siapa yang tidak bisa kalau hanya berkokok saja. Tapi
sampai sekarang Amerika tidak bisa membuktikan. Taliban juga begitu.
Ternyata Amerika tujuannya untuk mengahncurkan pemerintah Islam dan
diganti dengan pemerintah sekuler supaya bisa didikte. Persoalannya
ini. Ini yang saya minta keadilan.
Saya setuju kalau misalnya ada orang Islam yang berbuat satu
kerusakan memang harus dihukum dan harus dinilai dengan secara adil.
Tetapi mari kita mencoba adil menilai orang kafir. Persoalannya di
situ. Mari kita adil menilai Amerika dan Islam. Jadi persoalannya
tadi yang sudah dijelaskan, mengapa kejadiannya di Bali yang
mayoritasnya orang hindu. Mengapa di Manado. Di Bali itu ada dua
peledakan, yang satu peledakan dahsyat yang satu yang seperti mercon
saja. Itu seperti menggambarkan bahwa memang orang Islam akan
mengahncurkan Amerika dan demikian pula orang Islam akan
menghancurkan orang non Islam. Jadi memang diarahkan bahwa memang di
Indonesia itu ada teroris, dan teroris itu orang Islam. buktinya
yang dibunuh orang non Islam dan kedutaan Amerika yang tidak apa-apa
itu. Ini yang perlu kita analisa dengan tenang dan jujur. Saya hanya
minta jujur.
MODERATOR: Foto atau pengakuan apa bisa dijadikan bukti?
Muhyar: Foto atau pengakuan itu salah satu bukti. Dan bukan
satu-satunya bukti kalau hanya pengakuan. Harus dilengkapi dengan
bukti-bukti Material yang lain. Karena kalau dari pengakuan kontra
pengakuan itu berarti your words again my words. Tidak ada
habis-habisnya proses hukum. Oleh karena itu pengakuan saja itu
belum cukup menjadi bukti. Jadi kalau tuntutan Abu Bakar Ba'asyir
dikonfrontir itu juga tidak ada habis-habisnya. Faruq mengatakan
saya kenal, Abu Bakar Ba'asyir mengatakan saya tidak kenal.
Bagaimana tentu nanti akan ada saksi. Ada bukti hukum lain yang
melengkapi. Biarlah proses hukum ini berjalan. Dan mekanismenya
tidak begitu. Kalau ada yang menuduh terus yang dituduh didudukkan
bersama-sama. Benar tidak ini. Karena ada mekanisme investigasi.
Tentu kepolisian akan mencari bukti yang lain sebagai pelengkap.
Tetapi mengenai masalah bukti dalam terorisme jangan kita berpikir
secara konvensional. Terorisme merupakan suatu jaringan yang terdiri
dari sel-sel. Sekarang kita mau tahu siapa yang melempar bom itu.
Mungkin itu bisa kita tahu. Tetapi siapa yang mendorong orang itu
untuk melakukan dan melempar granat, kadang kala kita tidak
menemukan bukti materil. Karena demikian sel terpotong-potong.
Mungkin saja sel yang di atasnya dia tidak tahu, apalagi yang di
atasnya. Jadi pengertian pembuktian dalam hal terorisme merupakan
hal yang tidak konvensional. Jadi jangan kita terpaku pada pemikiran
ygnormatif konvensional. Yang tadi Abu Bakar Ba'asyir katakan itu
mudah dipatahkan. Saya sarankan Abu Bakar Ba'asyir mencari alasan
yang lain biar lebih kuat lagi. Kalau perlu nanti dibantu sama
teman-teman supaya alasannya lebih kuat.
Ba'asyir: memang saya tidak kenal. Silakan cari bukti-bukti atau
saksi-saksi yang lain. Saya siap stiap saat. Memang saya tidak tahu
menahu dan tidak kenal.
Roy: Memang siapa pelaku di Bali perlu ditemukan, tetapi siapa yang
harus paling bertanggung jawab itu juga harus dibuka. Siapa yang
paling bertanggung jawab menciptakan situasi sosial politik yang
melahirkan, mengambangkan tindakan-tindakan atau metode-metode
pemboman terhadap rakyat sipil. Justru saya kecewa Abu Bakar
Ba'asyir bilang seolah-olah memiliki legitimasi kematian orang-orang
di WTC dengan alasan bahwa orang Palestina pun dibombardir. Itu
justru semakin menegasikan atau meniadakan bahwa ada solidaritas
rakyat Israel terhadap rakyat Palestina. Karena bom-bom bunuh diri
justru membuat takut rakyat Israel. Itu kelompok-kelompok yang
menggunakan analisa sempit semacam itu. Kedua, yang paling
bertanggung jawab adalah jelas kebijakan-kebijakan imperealis AS
yang justru melahirkan bom-bom bunuh diri. Yang justru melahirkan
para teroris-teroris baru. Ketiga, yang paling bertanggung jawab
adalah negara-negara atau pemerintah negara dunia ketiga yang dulu
untuk mempertahankan kekuasaannya mengorganisasikan
kelompok-kelompok yang kemudian sekarang menjadi teroris. Siapa yang
tidak tahu bahwa jaringan Al-Qaedah yang sekarang dikabarkan di
Afganistan itu dulu diorganisir oleh badan intelejen Pakistan untuk
memanfaatkan permainan di dalam afganistan sendiri. Atau contoh di
Indonesia. Kita masih ingat pada tahun 98-99 yang namanya pendirian
FPI itu dihadiri oleh Nugroho Jayusman dan Teja Suparman. Aku pikir
di situ yang harus dipertegas.
Ludi: pertama, yang ingin saya tanyakan dan mungkin bisa diungkapkan
di publik adalah sebelum terjadi peristiwa di bali informasi apa
yang diperoleh BIN akan terjadi suatu peristiwa itu. Mungkin
informasi ini bisa disampaikan ke publik secara terbuka. Kedua,
langkah apa yang akan BIN lakukan untuk mencegah rentetan peristiwa
ini agar tidak terjadi lagi.
Santoso: saya kira masalah terorisme ini adalah masalah yang sangat
kompleks. Dalam kaitan ini saya kira ada dua statement dari Klik dan
Fauzan yang luput dari pendalaman dari diskusi ini. Tadi Fauzan
mengatakan bahwa ini adalah barangkali salah satu bentuk couter
hegemoni. Klik mengatakan kita jangan terjebak hanya pada siapa
dalangnya. Coba lihat akar masalah munculnya terorisme ini. Fenomena
apa ini sebenarnya. Dalam kaitan ini saya ingin mendapatkan Analisa
dari pihak BIN, kalau kita di tingkat wacana kita kembalikan
persoalan ini disekitar akhir robohnya negara-negara sosialisme itu,
ada suatu kebutuhan suatu tatanan dunia baru, demikian propaganda
dari Amerika. Dan ditingkatan wacana ada suatu dominasi, yaitu dari
Huntington the class (clash) of civilization, di situ kita tahu
betul bagaimana visi Amerika terhadap Islam. Saya ingin tahu
bagaimana assessment BIN terhadap persoalan-persoalan ini dalam
kaitan wacana internasional itu, karena ini merembes politik luar
negeri Amerika dan terus kepada negara-negara yang menerima bantuan
Amerika itu. Dan nasihat analisa BIN bagaimana. Apakah merembes
kepada negara Indonesia ini?
Ginanjar: pertama, Pak Muhyar, upaya Anda untuk menghindar dengan
mengatakan tidak ingin ikutan dalam perdebatan Ulil dan Fauzan itu
justru menjadi salah satu yang memberi energi bagi sejumlah kalangan
untuk mengatakan bahwa agama adalah hak mereka sendiri. Sementara
kita umat biasa seakan-akan tidak ada hak untuk bicara apapun atas
agama. Sehingga ketika ada imam bilang begitu kita harus terima.
Saya kira sikap Anda sangat berbahaya. Yang itu membuat monopoli
dominasi dari kalangan yang kemudian juga meligitimasi teror. Kedua,
saya tidak kaget ketika Hamzah Haz, kita tahu bagaimana motifnya
ketika menyudutkan BIN dan sebagainya. Tapi saya juga tidak kaget
bahwa BIN itu jelek, karena lihat saja tokoh-tokoh intelejen bekas
BAKIN dan sebagainya. Maulani. Untuk kasus apapun yang dibicarakan
hanya Amerika, Israel. Sama dengan tahayul-tahayul politik, tahayul
keamanan dunia sekarang yang dipelihara seakan-akan untuk mengatakan
bahwa Indonesia adalah negara yang bersih dari apa pun juga. Umat
Islam adalah umat yang bersih dari apapu juga.
Muhyar: Pertama, saya ingin menjawab tidak ada satu negara pun,
tidak ada satu dinas intelejen dari negara manapun bisa mengetahui
pada saat-saat terakhir dimana objek, dimana sasaran, apa yang akan
dilakukan oleh kelompok-kelompok teroris itu. Karena untuk
mengetahui itu akan memerlukan satu kegiatan yang sangat rumit.
Harus ada orang yang dimasukkan ke dalam. Itu sudah teknis. Itu BIN
tidah tahu. Tetapi untuk mengetahui peningkatan aktivitas dari
jaringan, itu sudah kita warning. Makanya belum lama ini kita
melakukan ada upaya penangkapan bersama dengan kepolisian. Sayam
reda(?), umpamanya. Karena kita melihat ada itu. Dan di dalam
catatan harian Sayam reda ketika disita itu ada catatan-catatan
tentang eksplosif devices. Tapi pada saat itu kemudian reaksi
demikian begitu kuat, bahkan ada yang mengatakan tangkap saya dulu.
Tapi saya tidak mau mengulang itu lagi. Kedua, saya katakan saya
hadir di sini mewakili satu institusi. Tentu saya tidak bisa ikut
campur dalam perdebatan agama yang sudah sedemikian dalam. Itu di
luar tugas dan wewenang saya. Maka saya pribadi saya mau ikut-ikut
juga biar bisa belajar menambah kedalaman. Ketiga, saya tidak bisa
terima kalau Maulani, manulang adalah identik dengan BIN. Mereka
mungkin pernah menjadi bagian dari anggota badan intelejen pada masa
yang lalu. Bukan pada masa BIN yang sekarang. Saya bukan intelejen.
Tapi katanya seorang intelejen pada hari pertama, pada jam pertama
dia mengikuti pendidikan Anda adalah seseorang yang tidak pernah
ada. You are the man who never was. Kalau kemudian muncul ada
seorang intelejen sebelum mati mengatakan dia intelejen itu berarti
dia bukan orang intelejen.
ULIL: pokoknya prinsipnya adalah sekarang ini ancaman terorisme itu
sudah dihadapan mata kita dan menurut saya tidak ada lagi kemewahan
waktu untuk berdebat persoalan apakah ini mencemarkan agama
tertentu, mencampuri kedaulatan bangsa kita, atau pun menarik
terlalu jauh kepada akar-akar masalah yang lebih luas. Tentu kita
diskusikan akar-akar terorisme lebih luas, tetapi ancaman ini sudah
di depan mata kita dan kita harus waspada bahwa ini adalah masalah
yang harus diatasi. Saya kira jangan buang waktulah untuk hal-hal
yang tidak prinsipil. Teori Amerika terlibat atau mesti ini. Lebih
baik kita fokuskan pada sesuatu yang lebih spesifik. Kalau keliru
misalnya, ok kita koreksi. Tapi masalah ini sudah mendesak.
FAUZAN: jadi sebagaimana imamnya, saya kira nong juga hanya
menggunakan otak untuk menganalisis sesuatu. Jadi selamat Anda telah
berhasi mencabut jilbab Anda untuk menunjukkan Anda adalah seorang
yang sangat rasional. Tapi hanya mengatakan bahwa ketika Deplu
menyebut bahwa Yogya dan Solo adalah tempat yang mengancam warga
negara asing. Maka apa yang mesti kita analisis? Kenapa tidak
menyebut yang lain? Yogya itu markas mujahidin. Solo itu tempat
dimana Abu Bakar Ba'asyir tinggal. Reaksi Sultan Hamengkubuwono X
sangat realistis, yaitu kemudian memprotes sikap Amerika dengan
membatalkan kunjungan ke sana. Kami melihat bahwa bom yang meledak
di Bali dan di Manado adalah untuk mengaddu domba antar umat
beragama. Tetapi kami merasa yakin bahwa umat beragama tidak akan
mudah diadu domba oleh Amerika. Saya kira harus menyatukan langkah
untuk memulai hidup baru sebagai bangsa yang mandiri.
Kelik: Mungkin statement terakhir. Sebetulnya yang perlu kita
antisipasi adalah what next, apa yang akan terjadi ke depan. Artinya
ini sebuah antisipasi dari katakanlah kelompok-kelompok prodem yang
selama ini berjuang kemudian tiba-tiba dihancurkan, kalau saya
bilang, dengan tindakan pengeboman di Bali kemarin yang sehingga
meligitimasi bagi negara untuk melakukan security approach lagi. Ini
yang sebetulnya sangat penting bagi gerakan-gerakan demokratisasi
untuk melihat atau mengeliminir terjadi tindakan=96tindakan teroris
yang itu di luar kemanusiaan. Kedua, persoalan mampu itdak
pemerintahan Megawati ini untuk mengusut tuntas kasus ini.
Tamat