[Nasional-a] [Nasional]: [kebijakan_partisipatif] Ulil Bakar Ba'asyir 2/4

nasional-a@polarhome.com nasional-a@polarhome.com
Sat Nov 23 16:48:36 2002


[kebijakan_partisipatif] Ulil Bakar Ba'asyir bag. 2/4



MODERATOR: untuk mengatasi terorisme dimana-mana lalu ada muncul semacam, tadi
yang disinggung oleh bung kelik tentang ada aturan khusus di situ, ada perpu yang
lalu mendasari atau menjadi dasar hukum untuk bisa menangkap tanpa ada pengadilan
dan seterusnya. Tapi catatan-catatan yang dipakai untuk melakukan tindakan itu
muncul dari intelejen dan aparat keamanan. Kita kok melihat, Pak Muhyar, Anda
sering mengatakan Amerika pun yang hebat bisa kecolongan. 
Tetapi isu terorisme, atau gejala-gejalanya, atau dugaan-dugaannya, bahkan teror
yang bukan serangan yang seperti itu, teror yang membawa senjata api, senjata
tajam ke jalanan sudah terjadi. Kenapa aparat atau intelejen tidak melakukan
apa-apa untuk hal itu.

Muhyar: Begini. Pertama-tama kita harus paham betul pembagian fungsi dan tugas
instansi keamanan kita. Ada instansi intelejen sebagai bagian instansi keamanan.
Ada juga instansi penegak hukum seperti polisi, misalnya, yang mempunyai cara
kerja yang berbeda satu dengan lainnya.
Seperti ibarat sebuah rumah. Maka tidak mungkin, ini kita bicara dalam tahap
pencegahan bukan pada saat telah terjadi, itu penegakan hukum nanti. Dalam
pencegahan itulah fungsi intelejen dibidang itu. Kita tidak mungkin mencegah
masuknya tikus ke dalam rumah kita seberapa rapatnya pun kita memagari rumah kita.
Karena ada satu teori bahwa tidak ada satu pun pertahanan yang tidak bisa dibobol.
Tidak bisa dimasuki. Jadi tetap tikus itu bisa masuk.  
Petugas intelejen tidak mungkin disebarkan diseluruh diskotik, umpamanya,
restoran, hotel, di semua panjang pantai kita yang begitu luas, begitu panjang. 
Jadi pasti bisa masuk. Di negara mana pun.
Tugas intelejen adalah menemukan jaringan kehidupan tikus yang ada di dalam rumah.
Kita bisa mendeteksi itu ada kehidupan, ada jaringan kehidupan tikus-tikus. Kita
tentu tidak bisa melakukan penangkapan tikus itu karena itu tugas-tugas institusi
yang lain. Intelejen tidak mempunyai kewenangan hak untuk itu. Dan juga
pengetahuan kita tentang adanya jaringan kehidupan tikus hanya bersifat umum. 
Kenapa?
Karena kami juga tidak mempunyai kewenangan untuk menanyai tikus-tikus ini. Karena
kami tidak  dilengkapi dengan kewenangan itu.
Kalau kami diberikan kewenangan itu mungkin jaringan tadi akan kita lebih tahu
secara lebih detil.

MODERATOR: Pak Muhyar, apa yang terjadi di Bali ternyata terbesar kedua setelah
WTC. Apa tidak ada clue sedikit pun?

Muhyar: O, ya. Kalau itu saya pikir kita sudah katakan berulang-ulang. Saya takut
dikatakan membosankan atau memuakkan bagi orang-orang karena kami sudah setengah
tahun yang lalu BIN memberikan warning.

MODERATOR: Kalau setengah tahun yang lalu, kenapa tidak ada reaksi atau aksi
berikutnya, misalnya tentang pengkapan atau apa pun yang dilakukan, bukan dengan
intelejen, tapi oleh aparat yang lainnya.
Apa ada hambatan politik, misalnya?

Muhyar: Begini, pertama kenapa tidak ditangkap itu kan bukan urusan kami. Tetapi
kita kan masih segar. Ini yang mungkin kita perlu perbaiki. Kita cepat lupa. Saya
katakan bahwa tinta-tinta di koran itu masih belum kering, yang menunjukkan betapa
warning kami itu malah dijadikan bahan polemik dan bahkan kemudian kami diserang
balik. Ada yang menuduh bahwa warning kami itu adalah rekayasa.
Bahkan dikatakan ini perlu diwaspadai ini BIN. 

ULIL: Kalau saya boleh bertanya, dulu ketika Hendro Priyono diserang karena dia
mengungkapkan fakta mengenai, kalau tidak salah ketika itu tentang Al-Qaedah di
Indonesia. Tetapi ketika itu ketika dia diserang oleh publik dia mundur. Kalau dia
percaya fakta yang dia angkat itu benar, kenapa setelah diserang oleh opini publik
Islam lalu dia mundur lagi.

Muhyar: Masalahnya kita bukan harus mempertahankan kebenaran. Tugas kami adalah
mengungkapkan kebenaran. Itu sudah menjadi wacana publik. Tidak ada satu statement
pun yang kami cabut. Tapi kemudian DPR melakukan suatu desakan agar kami, BIN,
tidak melakukan statement-statement secara publik. Tapi sementara itu kemudian
kita lihat pada kasus Tamsil Lindrung.
Kami pun kemudian dibombardir habis-habisan. Jadi bingung sendiri. Akhirnya
ditempuhlah cara adanya seorang juru bicara untuk menengahi kebutuhan masyarakat
ini.

FAUZAN: Jadi inilah blunder yang kita temukan, yaitu ketika temuan
"operasi intelejen" kemudian diekspos ke media yang kemudian
menimbulkan polemik seperti tadi. Maka oleh karena itu mereka yang
menuduh jamaah islamiyah atau secara eksplisit Ba'asyir harus menuai
protes. Tentunya kalau mereka menggunakan cara-cara underground itu
kemudian tidak akan menimbulkan gejolak. Tapi dengan apa yang
dilakukan oleh Amerika, apalagi sekarang sudah menggunakan resolusi
keamanan PBB ini sebuah blunder yang besar sekali. Dan ada dua
kemungkinan. Tapi kami merasa dan kami yakin bahwa kami akan
memenangkan opini ini. Kecuali jika kekuatan yang bicara. Jadi,
Amerika akan tertampar dengan tamparan yang luar biasa apabila tidak
mampu membuktikan tuduhan itu. Ini akan luar biasa. Oleh karena itu
pelajaran ketika dia tidak bisa meyakinkan dewan keamanan PBB untuk
mengeluarkan resolusi untuk menyerang ke Irak, harus menjadi
pelajaran berharga bagi Amerika untuk tidak kemudian membuat tuduhan
kepada Ba'asyir dan menekan pemerintah Indonesia untuk menangkap
Ba'asyir.

Kelik: Cara melihat masalah seperti ini karena sebetulnya, ok setiap
terorisme itu masalah yang kita hadapi dan serius. Itu bagian dari
sejarah masa lampau yang harus dikuak. Tapi sekarang ini ancaman
yang kita hadapi sekarang adalah salah satunya terorisme yang datang
dari network global yang salah satunya menggunakan agama sebagai
kedok. Dan itu saya kira berbahaya kalau kita masih mengungkap,
mengatasi masalah, melihat masalah ini dengan cara O ini sesuatu
yang tidak ada nilainya apa-apa dibanding state terorisme.
Bagaimana? Saya kira tidak bisa merelativisir masalah ini dengan
cara mengatakan ini lebih ringan dibandingkan dengan jenis terorisme
yang lain.

MODERATOR: Apa yang Anda sampaikan Bung Klik itu bisa jadi latar
belakang. Kita kembali fokus ke Bali dan terorisme yang sekarang ada
saja.

Muhyar: Tadi dikatakan intelejen lemah. Iniukurannya dari mana? Tadi
saya katakan berdasarkan fungsi dan tugasnya kami sudah melakukan
tugas sesuai dengan fungsi dan tugas kami secara maksimal. Kalau
setengah tahun lalu kami sudah kasih warning, itulah tugas kami.
Apalagi yang mau dikatakan? Apa kami mesti melakukan penangkapan?

ULIL: soal warning ini. Ini kritik saya kepada opini publik yang
disciptakan oleh para demagog islam, oleh para dai-dai yang menurut
saya tidak bertanggung jawab dan mengatakan ini semua adalah perang
anatara Islam dan kafir. Setiap fakta yang diungkapkan ini adalah
serangan pada Islam. Lalu akhirnya BIN mundur. Entah akhirnya tidak
mendapatkan dorongan dari masyarakat untuk berbuat. Menurut saya,
lingkungan semcam ini yang diciptakan oleh retorika Islam yang tidak
bertanggung jawab semacam ini berbahaya itu.

MODERATOR: Jadi ini kita harus bisa memahami pendapat Ulil karena
dia islib. Dia akan memisahkan, selalu akan memisahkan, ini bukan
persoalan agama.

FAUZAN: Jadi saya ingin mengingatkan bahwa sejak jaman Nabi Adam
sampai kiamat. Jadi bagaimana israel yang menginvasi Palestina tahun
48. seorang wartawan bertanya apakah benar umat Islam musuhnya
barat? Tidak, saya bilang. Karena dalam nash quran tidak ada. Yang
ada itu walan tardo =91ankal Yahud wan nasoro. Ini informasi dari
quran. Kalau saya tidak percaya sama Tuhan berarti quran keliru.
Maka saya keluar dari Islam. Ngapain, quran kok keliru. Jadi,
perspektif ini oleh Ulil dinafikan.

Ulil: Tidak. Itu masalah kenegaraan Palestina dan Israel. Itu sama
dengan dubes palestina begitu ngomongnya. Karena kita sudah ketemu.

FAUZAN: Jadi, kami tidak melihat itu bukan Islam, tapi itu bagian
integral dari perjuangan antara hak dan batil. Invasi Israel ke
Palestina. Sampai sekarang itu berapa jumlah korbannya yang jatuh.
Kalau perlu mesti diputar cd yang saya punya bagaimana korban yang
terakhir ini, muhammad Addurah, yang dalam keadaan terpepet tetap
dibombardir oleh tentara Israel. Itu fakta.

MODERATOR: saya ingin kembali ke BIN. Karena desakan-desakan atau
warning yang Anda sampaikan ternyata itu tidak, istilahnya, tidak
dibelilah sama pemerintah. Di dalam tubuh militer sendiri bahkan, ya
jelas ada pembelaan yang cukup kuat. Ada temen-temen kita Bung
Fauzan, Ba'asyir, Hamzah Haz. Bahkan Hamzah Haz mengatakan tangkap
saya dulu kalau memang ada teroris di Indonesia. Sekarang teroris
sudah ada di Indonesia. Bagaimana? Anda tidak punya wewenang untuk
menangkap.

Muhyar: Tidak ada. Kalau ada orang pada ribut nanti. Baru soal Faruq
saja kemarin, kita minta bantuan Assegaf, minta bantuan pada
imigrasi, ributnya sudah setengah mati. Padahal kita melalui saluran
yang benar.

MODERATOR: Apakah karena problem itu BIN lalu tidak didengar dan
terjadilah apa yang kemarin itu.

Muhyar: Bukan saya yang menjawab itu. Kalau BIN tidak didengar, tidak mau
didengar, ya tanya sama yang tidak mau mendengar.

MODERATOR: Apa benar karena ada hambatan politik, dari Hamzah Haz misalnya.

Muhyar: Menurut saya tidak etis kalau misalnya saya kemukakan,
karena kita bagian dari institusi pemerintah. Biar saja masyarakat
yang menilai. Semuanya kita serahkan saja, tetapi jangan seperti
tadi Ulil katakan, jangan ada pembentukkan opini yang mengatasnamakan sesuatu
karena ada kepentingan. Karena kepentingannya terusik, begitu. Kemudian
membalikkan opini itu secara bodoh. Seperti sekarang dikatakan, BIN sudah
mengatakan ada terorisme. Kemudian ketika terjadi peristiwa Bali dikatakan BIN
lemah. Logikanya tidak masuk. Terbalik logikanya. Jadi, kita jadi bodoh. Saya
dengar ini, bagaimana? Dulu waktu saya bilang ada Anda mendeny, sekarang ada
dibilang BIN lemah. Mesti apa kita lakukan?
BIN lemah juga karena mundur. BIN tidak pernah mundur.

Kelik PRD: saya kira BIN tidak pede saja. Artinya kalau BIN sudah yakin sudah ada
terorisme di Indonesia itu harus dipertahankan.
Artinya opini yang ada di BIN, itu kalau BIN percaya diri, artinya ada fakta-fakta
dan bukti-bukti itu harus

Muhyar: Ada. Saya persilakan melihat kliping kita masih banyak. Itu bukan satu
kali, berulang-ulang kami kemukakan.

ULIL: Pak Muhyar Begini masalahnya. Saya kira memang BIN tidak bisa
disalahkan. Saya tidak membela BIN, tetapi dia bukan satu-satunya
yang mestinya bertanggung jawab. Tetapi di atas ini semua bagi saya
adalah tidak adanya visi dari pemerintah sendiri untuk melihat
masalah ini sebenarnya kayak apa. Kritik saya pada Megawati adalah
ketika dia pidato di Bali kemarin pada hari kedua setelah peledakan
itu. Dia hanya menyatakan bela sungkawa. Tetapi dia tidak mengatakan
apa visi atau tindakan yang dia rencanakan akan dia lakukan.
Sehingga kita tidak tahu ini determinasi memerintah ini ke arah
mana. Sehingga kita melihat pernyataan yang berbeda-beda. Hamzah Haz
seperti selalu menghiject (?) tindakan pemerintah yang ingin
mengambil tindakan yang form (?) atas masalah ini. Bagi saya ini
pemerintah kalau tidak segera punya visi yang jelas, tetapkan ini
apa asumsi untuk mengatasi masalah ini. Saya kira tidak akan bisa
mengambil tindakan yang tegas. Problemnya adalah pemerintah sendiri
tidak mengarahkan. Sehingga begitu ada opini umat mencoba untuk
mendeny ini malah dia limbung lagi. Bagi saya tidak bisa begini. Dan
saya khawatir masalah ini dijadikan dagang oleh partai-partai untuk
melihat ini pada pemilu 2004, sejauh mana kemungkinan untuk
mendapatkan sokongan dari umat Islam. Bagi saya ini bagian dariover
politisasi dari agama yang berbahaya. Sebagai bagian dari dagang
politik yang memuakkan menurut saya.

MODERATOR: Ini giliran dari teman-teman yang di forum untuk bicara.

Ery (penelpon): ini barangkali sedikit klarifikasi saja. Kejadian
yang nomor dua itu sebenarnya Nairobi. Bukan di kita. Korban di
Nairobi itu sebenarnya lebih besar dari kita. Kejadian bunuh diri.
Kemudian yang kedua, saya ingin menyampaikan kepada Pak Muhyar bahwa
Anda sebenarnya sebaiknya dengan tudingan seperti ini beserta
institusi Anda itu lebih tenang. Karena BIN adalah intelejen tetap
memainkan peran Anda sebagai intelejen. Saya juga heran kenapa BIN
ada juru bicaranya. Karena saya tidak melihat hal itu di
negara-negara lain. Jadi jelas dalam hal ini kalau memang ada
kesalahan harus introspeksi diri. Dan masalah intelejen juga tolong
diperhatikan bahwa saat ini sudah cukup luas sehingga perlu sinergi
dengan banyak pihak.

Ade R: Saya ingin bertanya kepada Pak Muhyar. Yang ingin saya
tanyakan tadi bahwa BIN tidak berhak, tidak punya wewenang untuk
menangkap seseorang. Yang menjadi pertanyaan saya apakah tidak ada
kerja sama yang baik antara BIN dengan aparat kepolisian yang berhak
menangkap, menginterogasi, atau menahan orang. Kedua, setelah
peristiwa Bali kalau tidak salah itu dibentuk satu tim yang
melibatkan dari BIN kemudian melibatkan juga polisi yang sekarang
pimpinannya Kapolda dari Papua. Apakah itu hanya bersifat sementara,
yaitu hanya menangani kasus di Bali. Apakah itu tidak menjadi satu
tim yang terus independen, artinya badan tersebut akan selalu
bekerja sama antara BIN, kepolisian, kejaksaan agung yang mana
kejaksaan atau departemen kehakiman yang bisa menghambat atau
meminta pihak imigrasi untuk mencekal orang-orang yang dicurigai
untuk keluar negeri.

Muhyar: Jadi Bin hasilnya satu info intelegen. Satu informasi
intelejen bukan satu data hukum. Jadi kalau kami lihat ada orang
mencurigakan itu belum tentu bisa dijaring secara hukum. Jadi,
sekalipun kami lemparkan ke pihak kepolisian, pihak kepolisian tidak
bisa menangkap. Karena kepolisian bekerja berdasarkan sistem
kepolisian yang berlaku yaitu KUHAP, yaitu paling tidak sudah ada
tindakan percobaan. Jadi, sedangkan info intelejen belum sampai
menyangkut ke sana. Jadi baru mencurigai, seharusnya kami mempunyai
kewenangan untuk menanyai, memanggil. E, elu lagi ngapain? Siapa
temen-temen lu? Itu tidak kami miliki, sehingga kalau informasi itu
kami serahkan ke kepolisian, kepolisian juga belum bisa memakai dan
menggunakan untuk pemanggilan atau penahanan. Jadi masih ada gap di
sini. itu yang tidak diisi dalam sistem hukum kita, karena memang
jenis kejahatan terorisme itu jenis kejahatan yang sangat unik.
Sehingga pada umumnya belum tercakup pada sistem hukum yang
konvensional. Kedua, tim yang dibentuk di Bali dibentuk dalam rangka
penanganan setelah peristiwa Bali. Yang sifatnya masih lokal,
artinya tingkat di daerah Bali, tidak mencakup tingkat nasional.
Sehingga menurut kami itu masih bersifat sementara. Mudah-mudahan
itu bisa ditingkatkan dikemudian hari menjadi ditingkat nasional dan
menjadi permanen.

Ipung: Pertanyaan saya mungkin berhubungan dengan entitas dan
kwalitas peledakannya sendiri. Sebenarnya kalau kita lihat dari
perkembangannya dari tahun 98 hingga ke sini, jadi entitas peledakan
yang sangat menarik karena jumlahnya selalu meningkat. Kemudian
kwalitas bahan peledaknya jadi berkembang. Dari mulai hanya granat,
TNT, kemudian kombinasi TNT dengan C4, kemudian yang terakhir
diidentifikasi sebagai C4. sebenarnya ada satu yang menarik di sini
ketika kebijakan tentang pengadaan bahan peledak ini sendiri itu
tidak tersentuh dengan perubahan. Ternyata masih ada dua lembaga
milik sipil, yang bukan milik militer, itu juga memproduksi dan
Kepres tentang itu juga tidak pernah dicabut. Metrokimia masih juga
memproduksi TNT dan beberapa perusahaan juga masih memproduksi TNT.
Padahal kejadian menggunakan TNt itu sudah lama. Tidak ada
kebijakan, misalnya untuk membatasi pembuatan senjata hanya
dikontrol oleh militer dan lain-lain. Ini kan sebenarnya tidak ada
keinginan dari militer atau pemerintah sendiri untuk, misalnya,
mengisolasi persoalan ini supaya menjadi lebih sempit. Sehingga
suatu saat kalau terjadi peledakan seperti ini itu bisa dilakukan
identifikasi yang lebih mudah. Ini tidak terjadi, itu satu. Yang
kedua, yang menarik lagi kalau kita mau bicara penggunaan C4.
sebenarnya ini kan bahan peledak yang sangat kuat daya ledaknya dan
tidak banyak dimiliki oleh kelompok orang, bahkan kelompok militer
pun tidak banyak memiliki ini. Bahkan tidak semua kesatuan punya.
Hanya pada operasi khusus ini digunakan. Sebenarnya kita tidak bisa
menafikan bahwa ada keterliabatan militer. Seperti misalnya pernah
ada identifikasi bahwa bahan TNt yang pernah digunakan dalam satu
peledakan itu berasal dari Turan (?) di Malang, tapi tidak pernah
bisa diselidiki, misalnya, siapa yang mengeluarkan itu? Ini
permasalahan-permasalahan yang sengaja diakumulasi atau mungkin
tidak sengaja untuk membuat persoalan ini jadi tidak, kalau
persoalan titik ledak yang terakhir akan dilakukan ini jadi makin
sulit. Karena memang tidak ada antisipasi yang cukup signifikan.

bersambung kebag. 3/4