[Nasional-m] Kanibalis dari Pelumutan, Purbalingga (4-Habis)

Ambon nasional-m@polarhome.com
Mon Jan 20 02:00:25 2003


Suara Merdeka
Senin, 20 Januari 2003  Berita Utama

Kanibalis dari Pelumutan, Purbalingga (4-Habis)
Waktu Kecil Jauh dari Nilai Agama

APA yang dilakukan Sumanto (30), warga Desa Pelumutan, Kecamatan Kemangkon,
Purbalingga, yang telah mencuri dan memakan sebagian jasad mayat Ny Rinah
(80), warga Desa Majatengah, Kecamatan Kemangkon, tidak hanya membuat
prihatin masyarakat umum, tetapi juga kalangan ulama. Menurut seorang ulama
berpengaruh di Purbalingga, KH Yazid Abdurrachman, perbuatan itu tidak lain
disebabkan oleh masa kecilnya yang jauh dari agama.

''Salah satu penyebabnya, sejak kecil dia tidak dididik agama secara benar,
sehingga ketika dewasa mentalnya menjadi kosong. Akibatnya, raganya manusia
tetapi jiwanya binatang, karena memakan daging sesamanya,'' kata pengasuh
Pondok Pesantren Ar Rahman di Kelurahan Kalikabong, Kecamatan Kalimanah,
Purbalingga, Minggu (19/1).

Apa yang dikatakan kiai itu sepertinya ada benarnya. Sano (45), tetangga
Sumanto, mengatakan, sewaktu kecil Sumanto memang jauh dari nilai-nilai
agama. Meski dalam pergaulan dengan teman-teman sebayanya normal, dia tidak
pernah pergi ke langgar (musala) di desanya untuk menjalankan salat
berjamaah. Padahal, pada umumnya anak-anak desa semangat beribadahnya
tinggi.

''Seingat saya, sewaktu kecil dia tidak pernah ke langgar. Padahal,
teman-temannya yang lain kalau sudah terdengar azan langsung bergegas ke
langgar. Mereka juga sering tidur di langgar, tetapi Sumanto tidak mau,''
timpal Ny Napi (58), tetangganya yang lain.

Sumanto pun ketika ditanya sejumlah wartawan mengaku dirinya beragama Islam.
Meski tahu bahwa salah satu kewajiban setiap orang Islam adalah menunaikan
salat 5 waktu sehari semalam, dia secara terus terang mengatakan salatnya
masih bolong-bolong. ''KTP saya Islam, tetapi saya salatnya bukan lima kali,
melainkan hanya dua-tiga kali saja,'' katanya enteng.

Halal-haram

Padahal, Rasulullah Muhammad SAW telah bersabda dalam hadis yang
diriwayatkan Abu Dawud, ''Suruhlah anak-anakmu salat bila telah berumur 7
tahun. Dan jika berumur 10 tahun (belum salat juga) hendaklah kamu pukul
mereka dan pisahkanlah tempat tidur anak-anakmu yang lain jenis.''

Salat adalah tiang utama agama Islam. Jika orang teguh dalam menjalankan
salat, berarti dia menjaga agamanya dengan baik. Sebaliknya, orang yang
mengabaikan salat berarti telah merobohkan tiang utama itu. Padahal, salat
itu bisa mencegah perbuatan keji dan kemungkaran.

Kiai Yazid menambahkan, meski KTP-nya Islam, Sumanto bisa dikategorikan
telah kufur secara i'tiqad. Dia tidak memiliki i'tiqad dalam hatinya untuk
mengakui Allah SWT sebagai satu-satunya Zat yang wajib diikuti perintahnya.
Tetapi dia lebih mematuhi perintah gurunya yang sesat. Akibatnya, dia tidak
lagi memiliki i'tiqad mengenai halal-haram.

''Buktinya, dia telah berani membongkar kuburan dan mengambil mayatnya.
Padahal, menurut Islam, kuburan hanya boleh dibongkar dengan empat alasan.
Yaitu, karena salah dalam menghadapkan ke kiblat, jenazah membawa harta
benda, jenazah sedang hamil 9 bulan, sehingga dikhawatirkan bayi yang
dikandungnya masih hidup, dan salah ketika memandikan jenazah,'' jelasnya.

Sementara itu, hingga kini secara resmi Polres Purbalingga belum menerima
laporan kehilangan saudara dari masyarakat berkaitan dengan banyaknya
pakaian yang ditemukan di gubuk Sumanto. Hanya ada beberapa orang yang
mengaku mengenali sebagian tumpukan pakaian itu sebagai pakaian
sanak-keluarganya yang beberapa waktu hilang. Tetapi mereka tidak melapor ke
Polres.

Seruling Slamet

Di antaranya seorang ibu warga Desa Gandulekor, Kecamatan Purworejo Klampok,
Banjarnegara. Ibu itu mengaku anaknya yang bernama Slamet hilang empat bulan
lalu. Menurut warga, ibu itu menemukan sebuah seruling yang diakuinya milik
Slamet. Dia menduga anaknya telah menjadi santapan Sumanto.

Tetapi saat ditanyakan ke Sumanto, lelaki itu menjelaskan, pakaian anak-anak
kecil dan seragam SD itu hanya titipan saudaranya. ''Pakaian itu pemberian
saudara saya. Daripada dibuang, lebih baik saya simpan. Kalau seruling itu
milik saya dan saya buat sendiri,'' katanya.

Sedangkan pakaian lain seperti kain sarung, yang diduga milik Mistam, tukang
pijat tunanetra yang hilang sekitar 1,5 tahun lalu setelah memijat Sumanto,
dia mengakui bukan miliknya. Sarung itu diakuinya didapat dari tepi Kali
Serayu, mungkin milik orang lain yang tertinggal. Sarung tersebut telah
dipotong menjadi dua oleh Sumanto.

Ketika ditanya soal keberadaan Mistam, Sumanto mengatakan, tidak
tahu-menahu. Keluarga Mistam memang pernah menanyakan kepada dirinya dan
dijawab tidak tahu. ''Adik Mistam bilang, apa mungkin kakaknya pergi ke Kali
Serayu ya. Saya jawab, kalau ke sungai ya mesti hilang,'' ujarnya.

Kapolres AKBP Drs Agus Sofyan Abadi SH mengaku sulit mencari saksi dan bukti
tentang dugaan pembunuhan lain yang dilakukan tersangka. Apalagi setiap kali
ditanyakan tentang dugaan-dugaan itu, tersangka selalu menjawab, tidak tahu.
Dia juga selalu bisa menjelaskan asal-muasal pakaian-pakaian yang dia simpan
tersebut.

Setelah pelaksanaan rekonstruksi Sabtu (18/1) pagi, kini Sumanto sudah mulai
tenang tinggal di selnya di Mapolres. Para wartawan media cetak dan
elektronik yang selama beberapa hari terus mewawancarainya tampaknya juga
sudah kehabisan bahan pertanyaan. Sumanto kini tinggal menunggu pemeriksaan
kejiwaan dari ahli psikiater yang akan membuktikan apakah dia sebenarnya
gila atau tidak. (Arief Noegroho-68,64t)