[Nasional-m] 7 Juta Petani Kelapa

Ambon nasional-m@polarhome.com
Mon Sep 23 00:00:29 2002


Suara Karya

7 Juta Petani Kelapa
Kini Sangat Menyedihkan

Senin, 23 September 2002
BANDUNG (Suara Karya): Kehidupan sekitar 7 juta petani kelapa di Indonesia
kini benar-benar mengenaskan, jauh dari sejahtera dan sungguh
memrihantinkan. Padahal bila melihat ke belakang, komoditi kelapa dan karet
pernah berjaya dan menjadi primadona serta andalan perekonomian nasional
yang mampu mengangkat nama bangsa di dunia perdagangan internasional.
Kondisi petani yang menyedihkan dan produk kelapa yang kini tidak lagi mampu
mengangkat taraf hidup petaninya tersebut diungkapkan Wapres Hamzah Haz
ketika menghadiri Peringatan Hari Perkelapaan Internasional (International
Coconut Day) tahun 2002 Tingkat Nasional yang dipusatkan di Sasana Budaya
Ganesha (Sabuga) Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat pekan lalu.
Wapres sendiri mengaku sempat merasakan bagaimana masa kejayaan kelapa ini.
Ketika Hamzah Haz kuliah di Akademi Koperasi Yogyakarta, justru dia dibiayai
dari hasil panen kelapa di kampung halamannya di Kalimantan Barat. "Jadi
saya bisa kuliah dari hasil kelapa," katanya.
Tersisihnya komoditi yang pernah menjadi andalan bangsa Indonesia menurut
Wapres karena petani tidak bisa mengikuti dan menguasai perkembangan
teknologi. Akibatnya sektor pertanian mengalami ketimpangan hingga akhirnya
masa kejayaan komoditi kepala dan karet berlalu dan digantikan oleh minyak
dan gas bumi. Padahal bila melihat potensinya, migas itu sendiri hanya
sekitar 2 persen.
Karenanya, dalam kesempatan Hari Perkelapaan Internasional itu, Wapres
meminta semua pihak supaya penguasaan teknologi di bidang pertanian
benar-benar mendapat perhatian. Bila penguasaan teknologi tetap lemah,
lambat laun sektor pertanian semakin tersingkir hingga petani pun akan
meninggalkan lahannya karena tidak mampu lagi memberikan kesejahteraan.
Apalagi kelapa ter-masuk komoditi serbag guna sehingga budi daya tanaman ini
harus mendapat perhatian.
Hamzah Haz mencontohkan ketertinggalan penguasaan teknologi di bidang
pertanian khususnya kelapa. Di Pilipina tanaman kelapa bisa menghasilkan 125
jenis produk, sementara di Indonesia baru bisa menghasilkan 25 jenis produk.
Jadi penguasaan teknologi di sektor pertanian ini mutlak ditingkatkan
minimal sama dengan Thailand, Pilipina dan Malaysia. "Tanpa teknologi, kita
tidak mungkin bisa mengoptimalkan sumber daya alam yang ada," katanya.
Apa yang dikatakan Wapres tentang kondisi perkelapaan Indonesia diakui Ketua
Panitia Peringatan Hari Kelapa Internasional Tingkat Nasional, Poppy
Dharsono. Ini kata Poppy bisa dilihat dari areal tanaman kelapa di Indonesia
yang menurun terus setiap tahunnya. Saat ini di Indonesia tanaman kelapa
tinggal sekitar 3,676 juta hektar. Dari areal itu, 97 persen di antaranya
merupakan perkebunan rakyat.
Hal senada juga dikatakan Gubernur Jabar R Nuriana. Dalam sambutannya pada
acara tersebut R Nuriana mengakui program pengembangan kelapa di Jabar sama
dengan daerah lain di Indonesia belum menunjukkan hasil sebagaimana
diharapkan. Hasil perkebunan kelapa di Jabar belum mampu bersaing dengan
dengan negara-negara penghasil kelapa lainnya.
Di samping kualitas produksinya masih rendah, produktivitasnya pun baru
mencapai 678 kg per hektar/tahun. Jumlah ini baru sekitar 45 persen dari
standar produktivitas rata-rata sehingga belum bisa memberikan nilai tambah
bagi pendapatan petani. (KC-9)