[Nasional-m] Investor Jepang Mulai Hindari Indones

Ambon nasional-m@polarhome.com
Mon Aug 26 23:48:02 2002


Jakarta , Senin, 26-08-2002 15:07:16

Investor Jepang Mulai Hindari Indonesia

GATRA.com -
Investor Jepang mulai menghindari Indonesia, sebab biaya energi dan buruh,
serta faktor lainnya lebih tinggi, pimpinan suatu organisasi terkemuka
memperingatkan Senin.

"Daya tarik Indonesia untuk investor asing menurun," kata Kato Hiroyuki,
presiden direktur Organisasi Perdagangan Luar Negeri Jepang (Japan External
Trade Organisation) di Jakarta.

Keuntungan yang memikat investor asing tahun 1970-an dan 1980-an, meliputi
biaya buruh dan energi murah, akan mulai hilang dalam setahun atau dua tahun
mendatang, katanya kepada AFP.

Hiroyuki mengatakan, meskipun exodus massal perusahaan Jepang tidak
diharapkan sebagian telah merelokasi ke negara lain.

Peringatan tersebut merupakan yang kedua dalam seminggu dari sebuah kelompok
investor setelah Kamar Dagang Korea memberi pesan yang sama.

Hiroyuki mengatakan, upah minimum saat ini di Jakarta hampir sama dengan
yang ada di pantai timur Cina. Tingkat upah minimum sesungguhnya sudah lebih
tinggi dibanding Cina jika biaya produktivitas dan kelebihan waktu tinggi
diperhitungkan.

Dia mengatakan, ongkos listrik di Indonesia lebih tinggi dari negara besar
lainnya di Asia Tenggara maupun Cina.

Hiroyuki mengatakan, upah buruh dan harga energi merupakan masalah bagi
pemerintah Indonesia.

"Tetapi ini akan merupakan taktik untuk menarik investor asing yang
keuntungannya telah lama menurun," katanya.

Jakarta akan menawarkan preferensi pajak untuk investor luar negeri dan
memperkuat industri yang menyuplai suku cadang dan bahan mentah ke pabrikan
asing.

Hiroyuki mengatakan, banyak pabrikan menempatkan kelompok industri Cina,
yang akan menyediakan bahan baku lebih murah dan tepat, sebagai insentif
untuk membuka di sana.

Jepang adalah investor utama di Indonesia, yang menanamkan modal hampir 35
miliar dolar antara 1967 dan tahun lalu.

Pekan lalu C.K. Song, pimpinan Kamar Dagang setempat memberikan peringatan
yang sama.

"Suatu kebijaksanaan tenaga kerja yang tidak menyenangkan, suatu kenaikan
upah yang tidak rasional, produktivitas tenaga kerja yang buruk, pemogokan
dan pelaksanaan undang-undang yang buruk adalah faktor yang menghambat
prospek bisnis kita di negara ini," Jakarta Post yang mengutip dia
mengatakan.

Song, yang dikutip harian itu mengatakan, pada tahun fiskal sampai Juni 36
pengusaha garmen dan tas Korea Selatan telah merelokasi perusahaannya ke
Myanmar, Vietnam atau negara lain dengan merugikan 32.000 pekerja di sini.

Persetujuan investasi langsung luar negeri di Indonesia turun 42 persen pada
semester pertama tahun ini dibanding periode yang sama tahun lalu. [Tma,
Ant]

 Versi untuk cetak