[Nasional-a] [Nasional] BERHATI-HATI MEMBACA BERITA SURAT KABAR

admin nasional-a@polarhome.com
Tue Jul 23 19:48:02 2002


Datum: Tue, 23 Jul 2002 22:39:07 +0200
Von:    "K.Prawira" <k.prawira@wanadoo.nl>
An:  <national@mail2.factsoft.de>
------------------------------------------------------

BERHATI-HATI MEMBACA BERITASURAT KABAR
Aku terperanjat mendengar siaran Metro TV pagi tanggal 20 Juli 2002 yang
memberitakan bahwa PDI-Perjuangan menentang Amandeman UUD 45. Berita
tersebut kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Editorial Media Indonesia
hari itu yang antara lain berbunyi : "PDI Perjuangan semakin
memperlihatkan diri sebagai partai yang melawan perubahan. ....... Lebih
khusus lagi, mereka menolak pemilihan presiden secara langsung. Sudah
lama diketahui publik bahwa PDI Perjuangan bersikap maju mundur dalam
hal pemilihan presiden secara langsung. .... sekarang bilang pemilihan
presiden secara langsung bertabrakan dengan sila ke-4 Pancasila. Maka,
inilah untuk kesekian kalinya Pancasila diberi tafsir sesuai dengan
kepentingan....... Sekarang tiba-tiba kesakralannya muncul kembali. Ia
muncul dengan keinginan yang juga absurb, yaitu menjadikannya senjata
ideologi untuk melawan perubahan. Yaitu menolak keinginan reformasi agar
presiden dipilih secara langsung. "
Padahal, tadi malam kesimpulan Rakernas PDI Perjuangan yang
diselenggarakan tanggal 17-19 Juli 2002 di Bali baru saja disampaikan
kepada pers. Butir ke-8 kesimpulan Rakernas berbunyi : "Mendukung amanat
ketua umum perihal persetujuan pemilihan presiden dan wakil presiden
secara langsung oleh rakyat dengan harapan diterapkannya prinsip
kedaulatan rakyat yang akan dapat memperkuat sistem presidentiil. Agar
sistem tersebut dapat ditrapkan, pemerintah diminta segera menyelesaikan
perangkat perundang-undangan yang berlaku dan dapat segera
disosialisasikan kepada masyarakat".

Pemutarbalikan berita ini tidak bisa tidak membuatku mulai mewaspadai
berita surat kabar dan pandangan para pengamat Indonesia. Sebagai orang
Indonesia yang telah tiga setengah tahun bermukim diluar negeri, setiap
hari mengkonsumsi berita-berita tanah air dari surat kabar yang online.
Aku segera pergi ke toko buku, membeli beberapa surat kabar yang dijual
di Bali untuk mengetahui bagaimana versi pemberitaan berbagai surat
kabar mengenai hasil Rakernas PDI Perjuangan.Beginilah judul pemberitaan
dari 4 surat kabar yang dapat kubeli hari itu :

Jawa Pos :

"Banyak Diserahkan ke DPP. Rekomendasi Rakernas PDIP Tak Menyinggung
Amandemen UUD 45."

Bali Pos:

"Soal Pemilihan Presiden Langsung Sikap PDI-P Belum Jelas"

Koran Tempo:

"Isyarat Tolak Amandemen Kian Kuat"

Kompas :

"Keputusan Rakernas IV PDI-P. Pemilihan Presiden Langsung"

Pengamat Politik Arbi Sanit:

Menurut Arbi, Sidang Tahunan MPR bulan depan akan berlangsung sengit
bila PDIP ngotot menolak amandemen, karena fraksi-fraksi lain yang
pro-reformasi akan melawan. "Mereka pasti menolak, karena kalau sudah
diputuskan, tapi berlaku tahun 2009, kan sama saja menolak".

Sayang hanya 4 suratkabar tersebut diatas yang dapat kubeli. Walaupun
demikian, dapat diketahui bahwa koran-koran Jawa Pos, Bali Pos, Tempo
dan pengamat politik Arbi Sanit tidak segan-segan memutarbalikan
kenyataan untuk memupuk opini umum agar masyarakat tertipu seolah-olah
PDI Perjuangan adalah partaiyang menentang reformasi.Padahal, siapapun
tahu bahwa PDI Megawati yang sekarang berganti nama menjadi PDI
Perjuangan adalah partai politik yang jelas- jemelas berjuang menentang
kezaliman orde baru.Dari sejumlah surat kabar tersebut diatas, hanya
harian Kompas yang memberitakan apa adanya.

Karena pemutarbalikan berita di beberapa suratkabat tersebut diatas,
berkembanglah wacana di masyarakat seolah-olah PDI Perjuangan menentang
pemilihan presiden secara langsung dan kalau terpaksa menerima, PDI
Perjuangan hanya setuju diberlakukan pada pemilu tahun 2009. Karena
itu,Ketua Fraksi PDI Perjuangan di MPR terpaksa membantah wacana keliru
yang berkembang di masyarakat tersebut dalam suatu rapat yang dihadiri
oleh seluruh pimpinan fraksi MPR yang berlangsung Sabtu tanggal 20 Juli
2002 petang di Hotel Santika Jakarta.

Hari ini aku membeli lagi surat kabar-surat kabar yang sama untuk
mengetahui apakah mereka meralat pemberitaannya atau sekurang-kurangnya
memuat bantahan Ketua Fraksi PDI Perjuangan di depan semua Ketua-Ketua
fraksi MPR tersebut. Ternyata dari suratkabar yang dikutip diatas, hanya
harian Kompas yang memuat lengkap bantahan Ketua Fraksi PDI Perjuangan,
sedangkan surat kabar-surat kabar yang telah memutarbalikan isi
Keputusan Rakernas PDI Perjuangan diatas samasekali bungkam. Kejadian
ini hendaknya membuat kita lebih berhati-hati menkonsumsi berita-berita
dari suratkabar, apalagi bagi orang-orang yang selama ini membuat
komentar dan analisa hanya berdasarkan berita-berita dari
suratkabar.Jangan sampai tujuan menulis analisa demi mendorong reformasi
di Indonesia, malah secara tidak disadari berubah menjadi koor bersama
kekuatan status-quo menghancurkan kekuatan reformasi.

Jakarta, 21 Juli 2002

Azis Burhan

Catatan:

Tulisan tsb. di atas dimuat dalam “Website PDI-Perjuangan Korwil Negeri
Belanda” (www.pdip-nl.org) di ruang “Berita PDI Perjuangan” (akan
menyusul
tulisan lanjutannya).

Editorial bulan Juli 2002 ini memuat tulisan M.D.Kartaprawira “Sekitar
Masalah Reformasi Konstitusi di Indonesia”. Selamat berkunjung ke
website,
terima kasih.