[Nusantara] Soeharto dan Madiun 1948
Gigih Nusantara
gigihnusantaraid@yahoo.com
Tue Nov 19 03:00:59 2002
Radio Nederland siaran 16 Nov. 02
(This is an excerpt of a long interview in depth to be
broadcast later)
Di Madiun Tahun 1948, Tak Ada Pemberontakan, Kata
Soemarsono, Tapi Soeharto Diam Saja
Peristiwa Madiun 18 September tahun 1948, yang dikenal
sebagai pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang
dipimpin oleh Muso, menurut Soemarsono, sebenarnya
bukanlah suatu pemberontakan. Dan, Soeharto tahu benar
hal itu. Saksi utama, Soemarsono, yang menetap di
Sidney, Australia, tengah berkunjung di Belanda, dan
mengungkap hal tsb kepada Radio Nederland.
Menurut Soemarsono, Kabinet Hata dan tentara Siliwangi
berupaya menghancurkan lasykar-lasykar sayap kiri,
yang dipimpin Amir Syarifudin, sehingga barisan kiri
harus membela diri. Akhirnya Presiden Soekarno berseru
"Pilih Soekarno-Hatta, atau Muso". Akibatnya fatal
bagi gerakan kiri, demikian Soemarsono.
Soemarsono: Jadi setelah Bung Karno pidato, pidatonya
itu menusuk hati Muso itu, lalu spontan dijawab sama
Muso itu, "Ya, keadaannya jadi lain. Sebab pidatonya
menggambarkan bahwa kita ini mesti dibasmi. Jadi
karena itu, kita memikirkan bagaimana kita bela diri."
Jadi kami membentuk pemerintah Front Nasional Daerah.
Saya dipilih sebagai gubernur militer. Lalu mulailah
ada perlawanan pemerintah daerah Front Nasional Madiun
terhadap usaha pemerintah pusat yang mengatakan kita
melakukan pemberontakan dan mesti dibasmi.
Nah, dalam keadaan kayak begitu, Panglima besar
Soedirman menyuruh Letkol Soeharto, komandan resimen
di Yogyakarta untuk meninjau Madiun. Dia telpon. Saya
kebetulan yang menerima. Dia bilang: "Ini mas, saya
diutus oleh Pak Dirman untuk menjumpai mas
Soemarsono." Oh, welcome, saya juga senang karena ini
utusan Pak Soedirman supaya menyaksikan keadaan ini.
Bahwa kami tidak berontak. Kami membela diri. Nah,
datanglah yang namanya Letkol Soeharto itu di Madiun.
Sudah agak malam.
Radio Nederland [RN]: Sendiri?
Soemarsono: Sama sopirnya. Lalu saya bilang, saya
senang ini dik Harto datang ke mari diutus Pak
Soedirman. Tapi ini sudah malam dik Harto. Bagaimana
kalau besok pagi dik Harto sama saya keliling kota,
melihat keadaan di kota, bahwa kami nggak ada
pemberontakan apa-apa. Dan apa yang disiar-siarkan
oleh surat kabar Yogyakarta, karena itu Overste
Soeharto mengemukakan, "o surat-surat kabar di
Yogyakarta ini mengatakan bendera merah-putih
diturunkan, bendera palu arit Sovyet dinaikkan,
pembunuhan, penangkapan massal, orang-orang baru
dimasuk ke dalam penjara." Begitu di koran-koran.
Besok kita saksikan. Nggak ada gitu dik Harto, nggak
ada. Dan bagaimana dik Harto membantu kami? Kan nggak
bagus ini, kita sedang hadapi Belanda, kok sekarang
kita ini bertempur sendiri?
RN: Lalu apa tanggapan dik Harto ini?
Soemarsono: Waktu itu dia nanggapi dengan baik dan
besok pagi bersama dengan dia kami keliling kota.
Menyaksikan apa yang ditulis surat-surat kabar di
Yogyakarta itu, itu nggak benar. Lalu saya ajak masuk
penjara, lihat apa ada daftar orang baru yang
ditangkap. Lalu sesudah itu saya minta sama dia, "dik
Harto, tolong dik Harto ini nanti nyampaikan surat
kami kepada Presiden Soekarno. Lalu tolong deh bikin
pernyataan dik Harto supaya itu jangan sampai ada
tanggapan itu seperti disiar-siarkan oleh surat kabar
Yogyakarta." Dia berkata, "Baik, baik mas, tapi mas
aja bikin pernyataan itu, nanti saya teken, saya
tanggung jawab".
RN: Bapak bikin?
Soemarsono: Saya bikin. Bahwa keadaan di Madiun
normal, tidak sebagaimana disiar-siarkan oleh
surat-surat kabar di Yogyakarta. Tidak ada bendera
merah-putih diturunkan, tidak ada bendera merah-palu
arit dinaikkan. Di Madiun tidak ada penangkapan
massal, tidak ada banjir darah. Keadaan di Madiun
normal. Teken: Letkol Soeharto. Dan pernyataan itu
disiarkan oleh surat kabar daerah, radio Madiun.
Nah, waktu dia mau pulang ke Yogya ini, dia bawa surat
yang ditulis oleh Amir Syarifuddin untuk Bung Karno,
supaya Bung Karno bisa turun tangan dan menyelesaikan
secara baik. Karena kita masih butuh bersatu untuk
melawan Belanda. Tapi kita dengar belakangan bahwa
Soeharto ini di Sragen ditahan oleh Siliwangi. Katanya
surat itu tidak sampai kepada Presiden.
RN: Bagaimana dengan laporannya kepada Jenderal
Soedirman?
Soemarsono: Itu kami nggak tahu. Yang kami dengar, dia
ditahan oleh Siliwangi. Tapi sebentar, terus dilepas
lagi, kembali ke Yogya juga. Surat Amir itu nggak tahu
ke mana.
RN: Tapi kemudian sejak Soeharto menjadi Presiden, dia
membisu tentang peristiwa Madiun?
Soemarsono: Tapi dia tulis juga di otobiografinya
bahwa waktu peristiwa Madiun itu, dia ada di Madiun.
Dia sebut ketemu sama Muso.
Demikian saksi utama Peristiwa Madiun: Soemarsono.
=====
Milis bermoderasi, berthema 'mencoba bicara konstruktif soal Indonesia' dapat diikuti di http://www.polarhome.com/pipermail/nusantara/
Tulisan Anda juga ditunggu di http://www.mediakrasi.com (jadilah editor untuk koran online ini)
Juga mampirlah untuk ketawa ala Suroboyoan di
http://matpithi.freewebsitehosting.com
__________________________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Web Hosting - Let the expert host your site
http://webhosting.yahoo.com