[Nusantara] Ditemukan Juga Peralon di Al-Islam. Giliran Nur Winda Diciduk

reijkman reijkman@excite.com
Wed Nov 13 12:12:19 2002



--EXCITEBOUNDARY_000__8f4dc04756c06041efd6fc24f68fbb33
Content-Type: text/plain; charset="us-ascii"
Content-Transfer-Encoding: 7bit

 Ditemukan Juga Peralon di Al-Islam. Giliran Nur Winda Diciduk 
LAMONGAN-Posisi Pondok Pesantren Al-Islam di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jatim, kini makin terjepit, menyusul penemuan peralon sepanjang 98 sentimeter. Amrozi yang adik kandung Ketua Yayasan Al-Islam M Khozin itu, menyimpan peralon itu di kawasan pondok. 
Dalam penggeledahan yang dilakukan petugas kepolisian, Selasa (12/11), petugas menemukan peralon berukuran garis tengah sama persis dengan yang dipakai untuk menyimpan senjata dan amunisi di hutan Dadapan Solokuro. 
''Ada beberapa barang bukti yang kami bawa untuk kepentingan penyidikan, yakni peralon, sepasang sepatu laras (sepatu untuk militer), baterai kering, dan karung,'' ujar Wakapolres Lamongan AKP Djoko Purnomo singkat di lokasi penggeledahan Pondok Al-Islam, kemarin. Semua barang hasil penggeledahan itu diangkut di bagasi mobil Timor warna biru metalik nopol L-493-BB. 
Sementara itu, sekitar pukul 17.00 petugas menciduk Nur Winda Bin Thalib. Warga Tenggulun, Solokuro, ini diperkirakan mengetahui Amrozi menyimpan senjata api dan amunisi di kawasan hutan jati Dadapan. Yang bersangkutan kemarin malam menjalani pemeriksaan intensif di Mapolres Lamongan. Selain diduga tahu Amrozi menyimpan senpi dan amunisi di hutan jati Dadapan, Nur Winda yang rumahnya tak jauh dari rumah Amrozi itu diduga ikut menggali lubang tempat penyimpanan senpi dan amunisi milik Amrozi. 
Penggeledahan itu dimulai sekitar pukul 13.50 sampai 16.15 di bawah pimpinan AKP Djoko Purnomo. Saat penggeledahan, juga ada Ketua Yayasan Al-Islam M Khozin yang mengenakan baju takwa warna cokelat, berkopiah, dan sarung warna cokelat dengan motif kembang-kembang. 
Sasaran Penggeledahan 
Beberapa lokasi di lingkungan pondok yang jadi sasaran penggeledahan, yakni asrama putri, ruang kelas mereka, dan ruang lain di pondok tersebut. Karena itu, beberapa santriwati yang kebetulan di asrama keluar dari ruang dan berada di masjid pondok ketika penggeledahan berlangsung. Para santriwati itu semuanya memakai jilbab bercadar, sehingga hanya terlihat matanya. Beberapa polwan menanyai kepada santriwati mengenai keberadaan istri Amrozi. Tapi, para santriwati mengaku tak tahu. 
''Pokoknya kalau menggeledah di sini, jawaban penghuni pondok paling *censored*a tiga, yakni tak tahu, tak ngerti, dan mungkin. Ini yang membuat jengkel kami,'' ujar seorang petugas. 
Beberapa ruang asrama yang digeledah petugas adalah ruang Algier, Armenia, Andalusia, dan ruang kelas santriwati yang letaknya di sebelah ruang asrama. Apa saja barang di dalam kelas dan asrama santriwati diperiksa petugas. Pokoknya, semua ruangan di lingkungan pondok diobok-obok petugas. 
Sayangnya, saat penggeledahan ada beberapa petugas tak melepaskan sepatunya saat masuk ruang asrama santriwati. Padahal, siapa saja yang masuk ke ruang itu harus melepaskan alas kakinya. Buktinya, di depan pintu ruang asrama itu ada tempat sepatu dan sandal milik para santriwati. 
Petugas menemukan peralon sepanjang sekitar 98 sentimeter di bagian barat bangunan pondok. Tempat penemuan peralon masih di lingkungan pondok. Begitu pula sepasang sepatu laras yang sangat kotor dan baterai kering. 
Dengan penemuan peralon di kompleks Pondok Al-Islam, Ketua Yayasan Al-Islam M Khozin ketika menandatangani berita acara penggeledahan *censored*a menyatakan, ''Ya, ya, ya, mungkin saja.'' 
Orang pertama di Yayasan Al-Islam itu tampaknya sangat tertekan mentalnya, setelah pondok yang dipimpinnya dikait-kaitkan dengan kasus peledakan bom yang melibatkan Amrozi sebagai tersangka. Diminta komentar lebih jauh atas penemuan itu, Khozin keberatan berkomentar. Dia terus mendampingi petugas yang sedang menggeledah seluruh isi pondoknya. 
Tapi, Sekretaris Yayasan Al-Islam Ja'far Shodiq, yang juga adik M Khozin, kepada Suara Merdeka, Selasa (12/11) siang, di rumahnya, menyatakan, apa pun yang terjadi pihaknya tetap mempertahankan keberadaan Pondok Al-Islam. ''Ini risiko perjuangan kami dan kami tak putus asa menghadapi cobaan mahaberat ini. Semuanya kami serahkan kepada Allah SWT,'' tegasnya. 
Kalau pun nanti Pondok Al-Islam dibubarkan dan tak diizinkan berdiri di Desa Tenggulun, pihaknya bekerja keras untuk mendirikan pondok serupa di kawasan lain. ''Tekad saya hanya satu, yakni membesarkan pondok ini. Selain itu, jangan kait-kaitkan pondok ini dengan kasus Amrozi dan Pondok Al-Mukmin Ngruki Solo,'' tambahnya. 
Sementara itu, sebelumnya pada hari Senin (11/11) sekitar 23.30 sampai pukul 02.00 (Selasa, 12/11), petugas juga menggeledah Pondok Al-Islam. Targetnya, untuk mencari Ali Imron, salah seorang saudara Amrozi yang juga disebut-sebut terlibat dalam kasus bom Bali. Tapi, hasilnya nihil. 
Saat penggeledahan Senin malam sampai Selasa dini hari itu, polisi tak menemukan apa-apa. Saat itu juga tak ditemukan peralon, kendati seluruh isi pondok telah diobok-obok petugas. Informasinya, pada malam penggeledahan itu, para santri diapelkan. 
Sementara itu, sampai kemarin Ustaz Zakaria, Pemimpin Pondok Al-Islam, belum tampak di pondok. Orang pertama di pondok, yang asli Manggarai NTT, itu sejak Kamis lalu meninggalkan pondok. Tujuannya ke Surabaya untuk menyampaikan ceramah agama. 
Lantas alumni Pondok Al-Mukmin Ngruki Solo ini diajak petugas Bali untuk dikonfrontasi keterangannya dengan yang disampaikan Amrozi sebelumnya. ''Sampai sekarang saya belum ada kontak dengan Ustaz Zakaria.'' 
Mengingat kondisi pondok yang tak kondusif, kata Ja'far Shodiq, pimpinan pondok mengambil kebijakan mempercepat masa libur panjang santrinya. Sejak kemarin, santri diizinkan kembali ke daerah masing-masing. ''Untuk santri kelas 1 sampai 3 Madrasah Aliyah diliburkan mulai hari ini (kemarin). Biasanya, libur itu mulai pertengahan bulan Ramadan,'' katanya. 
Sementara itu, saat Suara Merdeka dan beberapa wartawan televisi kemarin melihat lokasi penemuan senjata api dan amunisi di hutan jati Dadapan, Solokuro, ternyata di tempat penemuan bahan berbahaya itu tak ada police line. 
Yang tampak di situ adalah ceceran air kemasan, ada sebuah sarung tangan yang terbuat dari karet berwarna putih kekuning-kuningan, dan serpihan pecahan peralon. Lokasi tempat penemuan senjata dan amunisi di hutan jati Dadapan itu berada di badan sungai (Kali) Cendri. 
Badan sungai itu lebarnya sekitar 3 meter, dengan kedalaman antara 1,5 sampai 2 meter. Jika musim hujan tiba dan di sungai itu ada air dalam jumlah besar, tak menutup kemungkinan peralon yang dipergunakan untuk menyimpan senjata dan amunisi itu akan tergerus arus air dalam volume besar. 

_______________________________________________
Join Excite! - http://www.excite.com
The most personalized portal on the Web!

--EXCITEBOUNDARY_000__8f4dc04756c06041efd6fc24f68fbb33
Content-Type: text/html; charset="us-ascii"
Content-Transfer-Encoding: 7bit

 <table cellpadding=10 cellspacing=0 border=0 width=100% bgcolor=white><tr height=200><td width=100%><font size=2 color=black>Ditemukan Juga Peralon di Al-Islam. Giliran Nur Winda Diciduk 
<br />
<P>LAMONGAN-Posisi Pondok Pesantren Al-Islam di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jatim, kini makin terjepit, menyusul penemuan peralon sepanjang 98 sentimeter. Amrozi yang adik kandung Ketua Yayasan Al-Islam M Khozin itu, menyimpan peralon itu di kawasan pondok. 
<br />
<P>Dalam penggeledahan yang dilakukan petugas kepolisian, Selasa (12/11), petugas menemukan peralon berukuran garis tengah sama persis dengan yang dipakai untuk menyimpan senjata dan amunisi di hutan Dadapan Solokuro. 
<br />
<P>''Ada beberapa barang bukti yang kami bawa untuk kepentingan penyidikan, yakni peralon, sepasang sepatu laras (sepatu untuk militer), baterai kering, dan karung,'' ujar Wakapolres Lamongan AKP Djoko Purnomo singkat di lokasi penggeledahan Pondok Al-Islam, kemarin. Semua barang hasil penggeledahan itu diangkut di bagasi mobil Timor warna biru metalik nopol L-493-BB. 
<br />
<P>Sementara itu, sekitar pukul 17.00 petugas menciduk Nur Winda Bin Thalib. Warga Tenggulun, Solokuro, ini diperkirakan mengetahui Amrozi menyimpan senjata api dan amunisi di kawasan hutan jati Dadapan. Yang bersangkutan kemarin malam menjalani pemeriksaan intensif di Mapolres Lamongan. Selain diduga tahu Amrozi menyimpan senpi dan amunisi di hutan jati Dadapan, Nur Winda yang rumahnya tak jauh dari rumah Amrozi itu diduga ikut menggali lubang tempat penyimpanan senpi dan amunisi milik Amrozi. 
<br />
<P>Penggeledahan itu dimulai sekitar pukul 13.50 sampai 16.15 di bawah pimpinan AKP Djoko Purnomo. Saat penggeledahan, juga ada Ketua Yayasan Al-Islam M Khozin yang mengenakan baju takwa warna cokelat, berkopiah, dan sarung warna cokelat dengan motif kembang-kembang. 
<br />
<P>Sasaran Penggeledahan 
<br />
<P>Beberapa lokasi di lingkungan pondok yang jadi sasaran penggeledahan, yakni asrama putri, ruang kelas mereka, dan ruang lain di pondok tersebut. Karena itu, beberapa santriwati yang kebetulan di asrama keluar dari ruang dan berada di masjid pondok ketika penggeledahan berlangsung. Para santriwati itu semuanya memakai jilbab bercadar, sehingga hanya terlihat matanya. Beberapa polwan menanyai kepada santriwati mengenai keberadaan istri Amrozi. Tapi, para santriwati mengaku tak tahu. 
<br />
<P>''Pokoknya kalau menggeledah di sini, jawaban penghuni pondok paling *censored*a tiga, yakni tak tahu, tak ngerti, dan mungkin. Ini yang membuat jengkel kami,'' ujar seorang petugas. 
<br />
<P>Beberapa ruang asrama yang digeledah petugas adalah ruang Algier, Armenia, Andalusia, dan ruang kelas santriwati yang letaknya di sebelah ruang asrama. Apa saja barang di dalam kelas dan asrama santriwati diperiksa petugas. Pokoknya, semua ruangan di lingkungan pondok diobok-obok petugas. 
<br />
<P>Sayangnya, saat penggeledahan ada beberapa petugas tak melepaskan sepatunya saat masuk ruang asrama santriwati. Padahal, siapa saja yang masuk ke ruang itu harus melepaskan alas kakinya. Buktinya, di depan pintu ruang asrama itu ada tempat sepatu dan sandal milik para santriwati. 
<br />
<P>Petugas menemukan peralon sepanjang sekitar 98 sentimeter di bagian barat bangunan pondok. Tempat penemuan peralon masih di lingkungan pondok. Begitu pula sepasang sepatu laras yang sangat kotor dan baterai kering. 
<br />
<P>Dengan penemuan peralon di kompleks Pondok Al-Islam, Ketua Yayasan Al-Islam M Khozin ketika menandatangani berita acara penggeledahan *censored*a menyatakan, ''Ya, ya, ya, mungkin saja.'' 
<br />
<P>Orang pertama di Yayasan Al-Islam itu tampaknya sangat tertekan mentalnya, setelah pondok yang dipimpinnya dikait-kaitkan dengan kasus peledakan bom yang melibatkan Amrozi sebagai tersangka. Diminta komentar lebih jauh atas penemuan itu, Khozin keberatan berkomentar. Dia terus mendampingi petugas yang sedang menggeledah seluruh isi pondoknya. 
<br />
<P>Tapi, Sekretaris Yayasan Al-Islam Ja'far Shodiq, yang juga adik M Khozin, kepada Suara Merdeka, Selasa (12/11) siang, di rumahnya, menyatakan, apa pun yang terjadi pihaknya tetap mempertahankan keberadaan Pondok Al-Islam. ''Ini risiko perjuangan kami dan kami tak putus asa menghadapi cobaan mahaberat ini. Semuanya kami serahkan kepada Allah SWT,'' tegasnya. 
<br />
<P>Kalau pun nanti Pondok Al-Islam dibubarkan dan tak diizinkan berdiri di Desa Tenggulun, pihaknya bekerja keras untuk mendirikan pondok serupa di kawasan lain. ''Tekad saya hanya satu, yakni membesarkan pondok ini. Selain itu, jangan kait-kaitkan pondok ini dengan kasus Amrozi dan Pondok Al-Mukmin Ngruki Solo,'' tambahnya. 
<br />
<P>Sementara itu, sebelumnya pada hari Senin (11/11) sekitar 23.30 sampai pukul 02.00 (Selasa, 12/11), petugas juga menggeledah Pondok Al-Islam. Targetnya, untuk mencari Ali Imron, salah seorang saudara Amrozi yang juga disebut-sebut terlibat dalam kasus bom Bali. Tapi, hasilnya nihil. 
<br />
<P>Saat penggeledahan Senin malam sampai Selasa dini hari itu, polisi tak menemukan apa-apa. Saat itu juga tak ditemukan peralon, kendati seluruh isi pondok telah diobok-obok petugas. Informasinya, pada malam penggeledahan itu, para santri diapelkan. 
<br />
<P>Sementara itu, sampai kemarin Ustaz Zakaria, Pemimpin Pondok Al-Islam, belum tampak di pondok. Orang pertama di pondok, yang asli Manggarai NTT, itu sejak Kamis lalu meninggalkan pondok. Tujuannya ke Surabaya untuk menyampaikan ceramah agama. 
<br />
<P>Lantas alumni Pondok Al-Mukmin Ngruki Solo ini diajak petugas Bali untuk dikonfrontasi keterangannya dengan yang disampaikan Amrozi sebelumnya. ''Sampai sekarang saya belum ada kontak dengan Ustaz Zakaria.'' 
<br />
<P>Mengingat kondisi pondok yang tak kondusif, kata Ja'far Shodiq, pimpinan pondok mengambil kebijakan mempercepat masa libur panjang santrinya. Sejak kemarin, santri diizinkan kembali ke daerah masing-masing. ''Untuk santri kelas 1 sampai 3 Madrasah Aliyah diliburkan mulai hari ini (kemarin). Biasanya, libur itu mulai pertengahan bulan Ramadan,'' katanya. 
<br />
<P>Sementara itu, saat Suara Merdeka dan beberapa wartawan televisi kemarin melihat lokasi penemuan senjata api dan amunisi di hutan jati Dadapan, Solokuro, ternyata di tempat penemuan bahan berbahaya itu tak ada police line. 
<br />
<P>Yang tampak di situ adalah ceceran air kemasan, ada sebuah sarung tangan yang terbuat dari karet berwarna putih kekuning-kuningan, dan serpihan pecahan peralon. Lokasi tempat penemuan senjata dan amunisi di hutan jati Dadapan itu berada di badan sungai (Kali) Cendri. 
<br />
<P>Badan sungai itu lebarnya sekitar 3 meter, dengan kedalaman antara 1,5 sampai 2 meter. Jika musim hujan tiba dan di sungai itu ada air dalam jumlah besar, tak menutup kemungkinan peralon yang dipergunakan untuk menyimpan senjata dan amunisi itu akan tergerus arus air dalam volume besar. <BR><BR><BR><BR><BR></P><br></font></td></tr></table><p><hr><font size=2 face=geneva><b>Join Excite! - <a href=http://www.excite.com target=_blank>http://www.excite.com</a></b><br>The most personalized portal on the Web!</font>

--EXCITEBOUNDARY_000__8f4dc04756c06041efd6fc24f68fbb33--