[Nasional-m] Babak Baru Konflik Aceh

Ambon nasional-m@polarhome.com
Thu Aug 29 00:00:34 2002


This is a multi-part message in MIME format.

------=_NextPart_000_0052_01C24EDE.2BD54AA0
Content-Type: text/plain;
	charset="Windows-1252"
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable

Jawa pos
Kamis, 29 Agt 2002=20

Babak Baru Konflik Aceh
Oleh Denny J. A=20

Konflik di Aceh potensial memasuki babak baru dengan nuansa persoalan =
yang baru pula. Hal itu bermula dari pernyataan Menko Polkam tentang =
Hasan Tiro. Tokoh utama GAM (Gerakan Aceh Merdeka) itu, menurut Menko =
Polkam, bukan lagi warga negara Indonesia, tetapi warga negara Swedia. =
Melalui jalurnya, Menko Polkam memastikan bahwa fakta baru ini bukan =
bagian dari perang opini publik, tapi kenyataan yang sebenarnya.

Fakta baru ini niscaya dapat mengurangi legitimasi politik Hasan Tiro =
secara signifikan di mata publik Aceh atau pun publik luas Indonesia. =
Sekarang bola sepenuhnya berada di tangan Menko Polkam. Jika fakta baru =
ini dapat dia kelola dengan baik, GAM akan lebih mudah dilumpuhkan. =
Penanganan konflik Aceh akan menjadi kisah sukses pemerintahan Megawati =
sebelum Pemilu 2004.

Campur Aduk

Sebelum muncul fakta baru mengenai kewarganegaraan Hasan Tiro selaku =
tokoh utama GAM, perasaan publik yang kritis di Aceh atau pun di =
Indonesia pada umumnya bercampur aduk. Tak mudah kita bersikap atas =
konflik di Aceh. Tak mudah pula bagi kita untuk merekomendasikan sebuah =
kebijakan yang adil bagi semua.

Di satu sisi, kita pahami bahwa gerakan separatisme Aceh bukan gerakan =
protes biasa. Di alam demokrasi, gerakan protes memang dapat =
ditoleransi. Namun, gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri =
dengan induk negara nasionalnya, bahkan di negara demokrasi sekalipun, =
tak dapat ditoleransi. Apalagi jika gerakan itu sudah mulai menggunakan =
senjata dan kekerasan.

Di Amerika Serikat, misalnya, ada gerakan kultus agama David Koresh pada =
1990-an. Gerakan ini bahkan belum dalam tahap memisahkan diri dari =
negara induk Amerika Serikat. Apa yang dilakukan gerakan ini hanyalah =
menumpuk senjata untuk menghadapi sergapan polisi negara bagian atau pun =
federal.=20

Hanya, dalam konteks penumpukan senjata secara ilegal, markas David =
Koresh sudah diserbu pemerintah AS dengan menggunakan kekerasan. Markas =
itu akhirnya terbakar dan David Koresh, bersama aktivis kultus lain, =
dinyatakan mati terbakar pula. Publik di AS dapat menerima kasus =
penggerebekan dan penumpasan polisional atau militeristik atas David =
Koresh.

Lain di AS lain di Aceh. Terhadap gerakan separatisme di Aceh, publik di =
Indonesia tetap sulit bersikap. Selama ini masih ada persepsi bahwa =
kasus GAM di Aceh itu hanyalah persoalan internal di antara sesama anak =
bangsa sendiri akibat kebijakan pemerintah RI pusat yang memang =
keterlaluan. Sungguhpun kita tidak simpati atas gerakan separatisme, =
kita terharu atas penderitaan yang mereka alami.

Itulah sebabnya, mengapa GAM dapat bertahan lebih dari 25 tahun. Daya =
tahan GAM hanya mungkin jika memang didukung oleh publiknya sendiri yang =
secara pekat merasakan ketidakadilan pemerintah yang sama. Melalui =
perang gerilya, polisi dan tentara Indonesia sulit memisahkan mana =
tentara GAM dan mana penduduk yang mendukung GAM.=20

Tak heran, banyak aparat keamanan yang frustrasi. Akibatnya, satu desa =
di Aceh diluluhlantakan. Kemarahan penduduk atas pemerintah pusat =
semakin tinggi. Sebaliknya, simpati atas GAM semakin tinggi pula. =
Akibatnya, publik selalu menolak diterapkannya darurat militer atau =
darurat sipil yang akan lebih membuat Aceh menderita.=20

Fakta Baru

Namun, fakta baru mengenai Hasan Tiro dan GAM dapat mengubah banyak hal. =
Publik luas yang selama ini hanya menjadi silent majority, yang tak =
bersikap atas konflik Aceh, dapat menjadi kelompok anti-GAM dan =
anti-Hasan Tiro yang efektif. Persoalan GAM tidak akan lagi dilihat =
sebagai konflik sesama anak bangsa karena ketidakadilan pemerintahan =
pusat. Karena Hasan Tiro sudah menjadi warga asing, GAM akan dilihat =
sebagai campur tangan asing atas kedaulatan Indonesia.

Kerja selanjutnya dari Menko Polkam dan pemerintahan Megawati adalah =
membangun citra baru atas konflik Aceh. Harus terus-menerus =
dikampanyekan bahwa Hasan Tiro bukan warga Indonesia lagi. GAM dengan =
sendirinya menjadi mesin kekuatan asing yang telah menyebabkan ratusan =
ribu rakyat Aceh menderita. Separatisme di Aceh telah dimasuki unsur =
asing.

Publik di Indonesia, sebagaimana dengan publik di Amerika Serikat dan di =
Jerman, dikenal sangat kental warna kebangsaan dan patriotismenya. =
Sekali publik menangkap adanya kekuatan asing atau warga asing yang =
secara sengaja ingin ikut mengobok-obok kedaulatan RI, mereka akan =
menyatukan barisan untuk mendukung pemerintah RI menghadapi serangan =
itu.

Dua gerakan dapat dikoordinasi Menko Polkam sekaligus. Pertama, =
memunculkan sentimen anti-GAM dan anti-Hasan Tiro di kalangan rakyat =
Aceh sendiri. Para tokoh informal Aceh, mulai ulama, para cerdik =
cendikia, pengusaha, hingga LSM Aceh, terus-menerus diajak terlibat =
mengatasi GAM. Jika GAM ditolak publik Aceh, itu lonceng kematian bagi =
GAM. Ibarat ikan, GAM akan kehilangan air tempatnya hidup. =
Kewarganegaraan Hasan Tiro selaku warga negara asing punya potensi untuk =
menimbulkan antipati publik Aceh atasnya.

Kedua, Menko Polkam harus pula menyiapkan tindakan kepolisian dan =
militer yang keras dan cepat untuk menghentikan sayap militer GAM. =
Aparat keamanan Indonesia yang ditugaskan di Aceh harus menjadi mesin =
aksi polisional atau militerisitik yang profesional dengan sasaran yang =
tepilih, terukur, dan mematikan. Dengan begitu, serangan bersenjata atas =
sayap militer GAM dapat berlangsung secepat mungkin dengan korban =
sesedikit mungkin.

Namun, di sisi lain, pemerintah harus juga menawarkan amnesti atau =
pengampunan masal kepada anggota GAM yang ingin kembali ke pangkuan =
Indonesia. Hal yang sama dilakukan pemerintah RI ketika menghadapi PRRI =
pada 1950-an. Tawaran amnesti itu dapat menjadi pancing bagi aktivis GAM =
yang ragu-ragu dan masih cinta kepada NKRI.

Jika kasus Aceh ini dapat diatasi, niscaya Menko Polkam beserta =
jajarannya dan pemerintahan Megawati sendiri akan mempunyai kisah =
sukses. Di bawah administrasinya, GAM yang sudah berakar 25 tahun dapat =
dicabut dari tanah dan hati publik Aceh. Selesai atau tidaknya kasus =
Aceh, niscaya penting bukan saja untuk publik Aceh dan Indonesia, tapi =
juga karir politik Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono, khususnya =
dalam menghadapi pemilihan presiden langsung pada 2004.***=20
Denny J.A., direktur eksekutif Yayasan Universitas dan Akademi Jayabaya




------=_NextPart_000_0052_01C24EDE.2BD54AA0
Content-Type: text/html;
	charset="Windows-1252"
Content-Transfer-Encoding: quoted-printable

<!DOCTYPE HTML PUBLIC "-//W3C//DTD HTML 4.0 Transitional//EN">
<HTML><HEAD>
<META http-equiv=3DContent-Type content=3D"text/html; =
charset=3Dwindows-1252">
<META content=3D"MSHTML 6.00.2600.0" name=3DGENERATOR>
<STYLE></STYLE>
</HEAD>
<BODY bgColor=3D#ffffff>
<DIV><FONT size=3D2>Jawa pos</FONT></DIV>
<DIV><FONT size=3D2><FONT size=3D3>Kamis, 29 Agt 2002 <BR></FONT><FONT=20
size=3D3><B></B></FONT></FONT></DIV>
<DIV><FONT size=3D2><FONT size=3D3><B>Babak Baru Konflik =
Aceh<BR></B>Oleh Denny J. A=20
<BR><BR>Konflik di Aceh potensial memasuki babak baru dengan nuansa =
persoalan=20
yang baru pula. Hal itu bermula dari pernyataan Menko Polkam tentang =
Hasan Tiro.=20
Tokoh utama GAM (Gerakan Aceh Merdeka) itu, menurut Menko Polkam, bukan =
lagi=20
warga negara Indonesia, tetapi warga negara Swedia. Melalui jalurnya, =
Menko=20
Polkam memastikan bahwa fakta baru ini bukan bagian dari perang opini =
publik,=20
tapi kenyataan yang sebenarnya.<BR><BR>Fakta baru ini niscaya dapat =
mengurangi=20
legitimasi politik Hasan Tiro secara signifikan di mata publik Aceh atau =
pun=20
publik luas Indonesia. Sekarang bola sepenuhnya berada di tangan Menko =
Polkam.=20
Jika fakta baru ini dapat dia kelola dengan baik, GAM akan lebih mudah=20
dilumpuhkan. Penanganan konflik Aceh akan menjadi kisah sukses =
pemerintahan=20
Megawati sebelum Pemilu 2004.<BR><BR>Campur Aduk<BR><BR>Sebelum muncul =
fakta=20
baru mengenai kewarganegaraan Hasan Tiro selaku tokoh utama GAM, =
perasaan publik=20
yang kritis di Aceh atau pun di Indonesia pada umumnya bercampur aduk. =
Tak mudah=20
kita bersikap atas konflik di Aceh. Tak mudah pula bagi kita untuk=20
merekomendasikan sebuah kebijakan yang adil bagi semua.<BR><BR>Di satu =
sisi,=20
kita pahami bahwa gerakan separatisme Aceh bukan gerakan protes biasa. =
Di alam=20
demokrasi, gerakan protes memang dapat ditoleransi. Namun, gerakan =
separatisme=20
yang ingin memisahkan diri dengan induk negara nasionalnya, bahkan di =
negara=20
demokrasi sekalipun, tak dapat ditoleransi. Apalagi jika gerakan itu =
sudah mulai=20
menggunakan senjata dan kekerasan.<BR><BR>Di Amerika Serikat, misalnya, =
ada=20
gerakan kultus agama David Koresh pada 1990-an. Gerakan ini bahkan belum =
dalam=20
tahap memisahkan diri dari negara induk Amerika Serikat. Apa yang =
dilakukan=20
gerakan ini hanyalah menumpuk senjata untuk menghadapi sergapan polisi =
negara=20
bagian atau pun federal. <BR><BR>Hanya, dalam konteks penumpukan senjata =
secara=20
ilegal, markas David Koresh sudah diserbu pemerintah AS dengan =
menggunakan=20
kekerasan. Markas itu akhirnya terbakar dan David Koresh, bersama =
aktivis kultus=20
lain, dinyatakan mati terbakar pula. Publik di AS dapat menerima kasus=20
penggerebekan dan penumpasan polisional atau militeristik atas David=20
Koresh.<BR><BR>Lain di AS lain di Aceh. Terhadap gerakan separatisme di =
Aceh,=20
publik di Indonesia tetap sulit bersikap. Selama ini masih ada persepsi =
bahwa=20
kasus GAM di Aceh itu hanyalah persoalan internal di antara sesama anak =
bangsa=20
sendiri akibat kebijakan pemerintah RI pusat yang memang keterlaluan. =
Sungguhpun=20
kita tidak simpati atas gerakan separatisme, kita terharu atas =
penderitaan yang=20
mereka alami.<BR><BR>Itulah sebabnya, mengapa GAM dapat bertahan lebih =
dari 25=20
tahun. Daya tahan GAM hanya mungkin jika memang didukung oleh publiknya =
sendiri=20
yang secara pekat merasakan ketidakadilan pemerintah yang sama. Melalui =
perang=20
gerilya, polisi dan tentara Indonesia sulit memisahkan mana tentara GAM =
dan mana=20
penduduk yang mendukung GAM. <BR><BR>Tak heran, banyak aparat keamanan =
yang=20
frustrasi. Akibatnya, satu desa di Aceh diluluhlantakan. Kemarahan =
penduduk atas=20
pemerintah pusat semakin tinggi. Sebaliknya, simpati atas GAM semakin =
tinggi=20
pula. Akibatnya, publik selalu menolak diterapkannya darurat militer =
atau=20
darurat sipil yang akan lebih membuat Aceh menderita. <BR><BR>Fakta=20
Baru<BR><BR>Namun, fakta baru mengenai Hasan Tiro dan GAM dapat mengubah =
banyak=20
hal. Publik luas yang selama ini hanya menjadi silent majority, yang tak =

bersikap atas konflik Aceh, dapat menjadi kelompok anti-GAM dan =
anti-Hasan Tiro=20
yang efektif. Persoalan GAM tidak akan lagi dilihat sebagai konflik =
sesama anak=20
bangsa karena ketidakadilan pemerintahan pusat. Karena Hasan Tiro sudah =
menjadi=20
warga asing, GAM akan dilihat sebagai campur tangan asing atas =
kedaulatan=20
Indonesia.<BR><BR>Kerja selanjutnya dari Menko Polkam dan pemerintahan =
Megawati=20
adalah membangun citra baru atas konflik Aceh. Harus terus-menerus =
dikampanyekan=20
bahwa Hasan Tiro bukan warga Indonesia lagi. GAM dengan sendirinya =
menjadi mesin=20
kekuatan asing yang telah menyebabkan ratusan ribu rakyat Aceh =
menderita.=20
Separatisme di Aceh telah dimasuki unsur asing.<BR><BR>Publik di =
Indonesia,=20
sebagaimana dengan publik di Amerika Serikat dan di Jerman, dikenal =
sangat=20
kental warna kebangsaan dan patriotismenya. Sekali publik menangkap =
adanya=20
kekuatan asing atau warga asing yang secara sengaja ingin ikut =
mengobok-obok=20
kedaulatan RI, mereka akan menyatukan barisan untuk mendukung pemerintah =
RI=20
menghadapi serangan itu.<BR><BR>Dua gerakan dapat dikoordinasi Menko =
Polkam=20
sekaligus. Pertama, memunculkan sentimen anti-GAM dan anti-Hasan Tiro di =

kalangan rakyat Aceh sendiri. Para tokoh informal Aceh, mulai ulama, =
para cerdik=20
cendikia, pengusaha, hingga LSM Aceh, terus-menerus diajak terlibat =
mengatasi=20
GAM. Jika GAM ditolak publik Aceh, itu lonceng kematian bagi GAM. Ibarat =
ikan,=20
GAM akan kehilangan air tempatnya hidup. Kewarganegaraan Hasan Tiro =
selaku warga=20
negara asing punya potensi untuk menimbulkan antipati publik Aceh=20
atasnya.<BR><BR>Kedua, Menko Polkam harus pula menyiapkan tindakan =
kepolisian=20
dan militer yang keras dan cepat untuk menghentikan sayap militer GAM. =
Aparat=20
keamanan Indonesia yang ditugaskan di Aceh harus menjadi mesin aksi =
polisional=20
atau militerisitik yang profesional dengan sasaran yang tepilih, =
terukur, dan=20
mematikan. Dengan begitu, serangan bersenjata atas sayap militer GAM =
dapat=20
berlangsung secepat mungkin dengan korban sesedikit =
mungkin.<BR><BR>Namun, di=20
sisi lain, pemerintah harus juga menawarkan amnesti atau pengampunan =
masal=20
kepada anggota GAM yang ingin kembali ke pangkuan Indonesia. Hal yang =
sama=20
dilakukan pemerintah RI ketika menghadapi PRRI pada 1950-an. Tawaran =
amnesti itu=20
dapat menjadi pancing bagi aktivis GAM yang ragu-ragu dan masih cinta =
kepada=20
NKRI.<BR><BR>Jika kasus Aceh ini dapat diatasi, niscaya Menko Polkam =
beserta=20
jajarannya dan pemerintahan Megawati sendiri akan mempunyai kisah =
sukses. Di=20
bawah administrasinya, GAM yang sudah berakar 25 tahun dapat dicabut =
dari tanah=20
dan hati publik Aceh. Selesai atau tidaknya kasus Aceh, niscaya penting =
bukan=20
saja untuk publik Aceh dan Indonesia, tapi juga karir politik Megawati =
dan=20
Susilo Bambang Yudhoyono, khususnya dalam menghadapi pemilihan presiden =
langsung=20
pada 2004.*** <BR>Denny J.A., direktur eksekutif Yayasan Universitas dan =
Akademi=20
Jayabaya</FONT><BR><BR><BR></DIV></FONT></BODY></HTML>

------=_NextPart_000_0052_01C24EDE.2BD54AA0--