[Nasional-m] 'Wartawan masih Enggan Belajar di Belanda'

Ambon nasional-m@polarhome.com
Wed Jan 22 16:36:06 2003


 http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2003012200495167
Rabu, 22 Januari 2003

'Wartawan masih Enggan Belajar di Belanda'


PEMERINTAH Belanda kecewa, bahkan frustrasi, karena sangat sedikit wartawan
yang berminat mengambil kesempatan beasiswa untuk studi di Belanda, dalam
jenjang pascasarjana (post graduates).

Padahal, khusus untuk para wartawan Indonesia, pemerintah Belanda telah
menyediakan banyak beasiswa melalui program Stuned dan program lainnya.

Ungkapan kekecewaan itu dilontarkan Ad de Leeuw, Direktur Netherland
Education Centre (NEC) akhir pekan lalu. Menurut Ad de Leeuw, program
beasiswa Stuned, yang mulai diberikan pemerintah Belanda sejak 2000 lalu,
memberikan preferensi kepada beberapa kelompok potensial untuk belajar di
jenjang pascasarjana di Belanda.

Antara lain kepada dosen, wartawan, pegawai negeri, dan aktivis lembaga
swadaya masyarakat (LSM). "Jadi dari awal kepada wartawan telah diberikan
sebagai salah satu preferensi. Cuma entah kenapa wartawan yang terjaring
sedikit."

Dia mengatakan, kendati kesempatan itu telah dibuka sejak beberapa tahun
lalu, kalangan wartawan yang terjaring untuk belajar belum cukup banyak.
Untuk mengetahui sebab calon mahasiswa dari kalangan wartawan tidak banyak
diperoleh, sebenarnya pihak NEC sendiri pernah mengadakan suatu pertemuan
khusus dengan wartawan, untuk menanyakan apa yang salah dengan program
belajar Belanda.

"Kami sendiri juga merasa frustrasi, kenapa wartawan tidak banyak ikut
serta. Terus terang, kami juga merasa aneh, kenapa wartawan mau diberi uang
US$27.000, berangkat ke Belanda semua dibayar dan˙20ditanggung pemerintah,
tapi tidak mau ambil," ungkapnya.

Ad de Leeuw mengatakan, dari beberapa informasi yang sampai ke pihaknya,
belakangan diketahui ada beberapa sebab kenapa wartawan enggan pergi belajar
ke Belanda lewat fasilitas beasiswa. Antara lain, banyak wartawan tidak mau
berangkat terlalu lama meninggalkan pekerjaannya. Mereka takut namanya tidak
lagi terkenal. Atau posisinya hilang diambil orang.

Ditambahkan, berdasarkan input yang masuk itu, kata Ad de Leeuw, pihaknya
kini tengah merancang suatu short programs, berbentuk nongelar yang
memungkinkan wartawan bisa belajar tanpa meninggalkan pekerjaannya terlalu
lama. Di samping itu, pihaknya pun masih terus mencari masukan ke berbagai
kalangan, tentang apa saja yang menjadi kendala bagi wartawan untuk belajar
lagi.

Di sisi lain, kata Ad de Leeuw, untuk mendukung upaya dimaksud, pemerintah
Belanda juga terus meningkatkan jumlah serta besaran beasiswa yang
diberikan. Tahun ini diberikan beasiswa senilai empat juta dolar AS lewat
program Stuned. Dan tahun depan rencananya akan dinaikkan lebih besar lagi.

Khusus untuk membuka lebih luas jalur belajar bagi wartawan di Belanda, kata
Ad de Leeuw, NEC juga telah melakukan sejumlah pembicaraan dengan beberapa
institusi pendidikan tinggi di Belanda, untuk mendapatkan suatu rancangan
kurikulum bagi pendidikan wartawan yang terdiri dari konsep campuran, antara
sebagian praktik dan teori.

"Semua persoalan ini masih dibicarakan dengan para wartawan. Untuk melihat
program pendidikan mana yang paling sesuai untuk wartawan, sambil berharap
kalau ada masukan lainnya juga sangat diharapkan," paparnya.

Dia mengatakan, sampai kini, pihaknya masih terus merancang dan menggodok
beberapa konsep dan program pendidikan khusus, yang diperkirakan akan
menarik minat wartawan untuk memasukinya, dan diharap berbagai kendala yang
melatari selama ini dapat diidentifikasi dan dicarikan solusinya dalam waktu
singkat ini.

Kepala Bidang Beasiswa Netherland Education Centre, Monique Soesman,
mengatakan, belum lama ini, dia juga sudah berdialog dengan Aliansi
Jurnalistik Indonesia (AJI), mengenai kendala yang dialami wartawan untuk
menempuh pendidikan lanjutan di Belanda.

Dia mengatakan, dari diskusi itu, pihaknya mencermati, tampaknya kendala
bagi wartawan untuk menempuh pendidikan lanjutan, lebih menimpa wartawan
dari media-media kecil, sedangkan para wartawan dari media massa yang agak
besar, dan sumber daya manusianya sudah˙20relatif bagus, sepertinya tidak
ada masalah kalau wartawannya berangkat ke Belanda untuk belajar di jenjang
master dan doktoral. (SB/B-3)