[Nasional-m] 'Saya Pilih Tidak Populer Ketimbang Menjerumuskan Bangsa'

Ambon nasional-m@polarhome.com
Sun, 12 Jan 2003 20:48:13 +0100


Media Indonesia
Minggu, 12 Januari 2003 17:39 WIB

'Saya Pilih Tidak Populer Ketimbang Menjerumuskan Bangsa'

REUTERS
PRESIDEN MENJAWAB: Berbagai aksi unjuk rasa anti kenaikan harga BBM, tarif
listrik dan telepon, dijawab Presiden Megawati di Bali. Ia memilih kebijakan
tak populer yang bermanfaat untuk jangka panjang katimbang makin
menjerumuskan bangsa ke dalam krisis.

DENPASAR--MIOL: *** Presiden Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua Umum DPP
PDIP mengatakan ia lebih baik mengambil kebijakan tidak populer tapi
bermanfaat untuk jangka panjang, di antaranya menaikkan harga BBM, katimbang
makin menjerumuskan bangsa ke dalam krisis.

"Saya lebih memilih kebijakan yang sesaat terasa tidak populer atau tidak
populis tapi konstruktif untuk jangka panjang, daripada kebijakan populis
tapi menjerumuskan bangsa kita ke dalam kubangan krisis," katanya pada
pidato politiknya dalam peringatan HUT ke-30 PDIP di Lapangan Mengwi,
Kabupaten Badung, Bali, Minggu.

Menyinggung soal kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM, tarif dasar
listrik, dan telepon yang mendapat reaksi dari masyarakat, Megawati mengakui
bahwa kebijakannya selaku Presiden tersebut memang tidak populer dan tidak
populis karena sesaat terasa memberatkan rakyat.

Namun ia yakin kebijakan yang tidak populer itu merupakan kebijakan yang
penting bagi bangsa Indonesia untuk dapat keluar dari krisis ekonomi.

Dalam jangka panjang, menurut Kepala Negara, kebijakannya tersebut bisa
mengurangi beban utang dan keluar dari lilitan utang.

"Pengalaman masa lalu telah memberikan pengalaman yang sangat berharga.
Rakyat dinina-bobokan oleh berbagai subsidi dengan melakukan pinjaman luar
negeri, akibat subsidi yang salah ditempuh pemerintah saat itu, dan hanya
untuk mendapatkan dukungan politik rakyat, tapi pada akhirnya hanya untuk
meruntuhkan pondasi bangsa Indonesia," katanya.

Oleh karena itu dibutuhkan kerja keras dari pemerintah dan seluruh rakyat
Indonesia untuk kehidupan yang lebih baik.

Presiden melihat indikasi perbaikan sektor ekonomi sudah terlihat, dan
Indonesia tidak bisa menjalankan kebijakan ekonomi yang bergantung pada
pinjaman luar negeri.

"Apakah saudara-saudari sanggup kita bisa hidup sendiri, kita tidak
bergantung pada siapa pun," tanya Mega yang langsung dijawab dengan jawaban,
"Sanggup" oleh puluhan ribu pendukungnya.

* * * * * * *

Siap Menghadapi Pemilu 2004

Ketua umum partai pemenang Pemilu 1999 itu juga meminta kepada seluruh
kader, anggota dan simpatisan partainya di tingkat pusat hingga anak
ranting, bersiap menghadapi Pemilu 2004.

"Siap apa tidak, siap apa tidak," tanya Megawati yang langsung secara
spontan dijawab, "Siap!" oleh massanya yang memadati lapangan Mengwi yang
dipadati sekitar 100.000 massa PDIP dari Bali, NTB, NTT, Jatim, Jateng DIY,
Jabar, DKI dan provinsi lainnya itu.

Di stadion bagian dalam dipadati sekitar 15.000 orang, sedangkan di luar
sangat padat hingga memacetkan arus lalu lintas.

Megawati minta pada seluruh anggotanya untuk melihat siapa yang pantas
dicalonkan sebagai Presiden karena pada Pemilu 2004 rakyat akan memilih
secara langsung calon presiden.

Secara spontan pula para pendukungnya menyebut berulangkali bahwa 'hanya
Megawati yang pantas dicalonkan kembali'. Tapi Mega minta nama tersebut
tidak usah disebut sebut tapi disimpan di dalam hati.

Semula ketika menyinggung pelaksaaan pemilu yang tinggal satu tahun empat
bulan itu, Megawati sempat bertanya kepada massanya, "Saudara-saudara mau
apa?" katanya. Terdengar sebagian massa menyebut untuk menurunkan harga BBM.

Megawati pun sempat terdiam beberapa saat, tapi tak lama kemudian massanya
menjadi membulatkan satu kata yakni mendukung Megawati. "Mega, Mega, Mega,"
demikian teriakan massa yang bergemuruh.

Megawati juga minta anggotanya untuk memantau pelaksanaan pemilu agar
berlangsung luber dan jurdil, serta bisa melaporkan siapa-siapa yang
melakukan tindakan kekerasan, termasuk bila dilakukan oleh PDIP sendiri.

Ia minta anggotanya melihat siapa-siapa calon anggota DPR yang pantas
dipilih. Ia menyebutkan anggota DPR yang dicalonkan adalah yang benar-benar
membela kepentingan rakyat dan berada di tengah-tengah rakyat, bukannya
anggota yang malas atau tidak pernah hadir dalam rapat-rapat di DPR.

Mega mengingatkan kadernya untuk tidak melakukan atau menerima politik uang
dalam berbagai pemilihan kepala daerah .

* * * * * * *

Mengkritik yudikatif

Pada bagian lain, Megawati menyoroti kinerja lembaga yudikatif yang masih
lebih dalam melakukan upaya penegakan hukum. Mega menyebutkan di lembaga
legislatif telah mengalami proses reformasi, bahkan kadang-kadang
kebablasan.

Lembaga eksekutif sudah memperbaiki persoalan dan bisa menata kembali
keadaan menjadi lebih baik. Tetapi masalahnya ada di yudikatif. Hal itu
terlihat ketika polisi dan kejaksaan sudah susah payah memberikan bukti
tuntutan hukum ke pengadilan, tapi dalam proses pengadilannya hingga ke
proses Mahkamah Agung (MA) malah dibebaskan.

"Kita minta MA untuk mengikuti alam reformasi ini," katanya.

Hadir pula pada acara itu sejumlah anggota kabinet seperti Mendagri Hari
Sabarno, Menkop Ali Marwan Hanan yang juga Sekjen PPP, Mensos Bachtiar
Chamsyah, Menristek Hatta Rajasa yang juga Sekjen PAN, Menakertrans Jacob
Nuwa Wea dan Menhut Prakosa yang juga kader PDIP.

Pejabat lainnya adalah Menneg Pemberdayaan Perempuan Sri Rejeki (kader
Golkar), Menperindag Rini Suwandi, Menpan Faisal Tamin dan Menkes Achmad
Sujudi.

Ketua umum dan Sekjen DPP PKB Alwi Shihab dan Syaifullah Yusuf juga hadir,
bahkan sebelumnya sempat makan siang bersama dengan Megawati dan para Dubes.
(Ant/Ol-01)