[Nasional-m] Sukses Kepemimpinan RRT

Ambon nasional-m@polarhome.com
Sun Sep 29 00:12:06 2002


SUARA PEMBARUAN DAILY


Sukses Kepemimpinan RRT

bu kota Republik Rakyat Tiongkok (RRT) ini yang mulai dibangun pada abad
ke-15 sungguh nyaman pada bulan September dengan suhu mirip seperti di
Sukabumi, Jawa Barat atau Brastagi, Sumatera Utara.
Hiruk-pikuk lalu lintas dan kesibukan penduduknya dengan urusan
masing-masing tidak mengungkapkan bahwa dua bulan lagi negara dengan jumlah
penduduk sekitar 1,3 miliar manusia akan menentukan kepemimpinan baru.
Resminya RRT masih merupakan negara komunis (meskipun perekonomiannya dan
sistem bisnis praktis sudah kapitalis) yang berarti bahwa kekuasaan politik
dimonopoli oleh Partai Komunis Tiongkok.
Kongres PKT ke-16 telah diundurkan beberapa kali, tapi baru-baru ini
diumumkan bahwa peristiwa politik -itu yang akan menentukan suksesi
kepemimpinan RRT dijadwalkan pada 8 November.
Pertanyaan pokok yang menyibukkan para diplomat, petugas intelijen dan korps
wartawan asing, apakah Jiang Zemin (76 tahun) akan mengundurkan diri dari
semua jabatannya? Ataukah dia berusaha mempertahankan paling sedikit satu
posisi, yakni Ketua Komisi Pusat Militer?
Jiang Zemin sekarang memegang 3 jabatan: Presiden Negara RRT, Sekjen PKT dan
Ketua Komisi Pusat Militer dari partai. Dalam posisi sebagai ketua komisi
tersebut ia praktis adalah panglima tertinggi angkatan bersenjata yang
menentukan pengangkatan para jenderal di pos-pos penting.
Pada bulan Agustus yang lalu elite kepemimpinan partai, terutama anggota
Politbiro dan para calon anggota (21 anggota, karena 1 anggota telah
meninggal) dan para tokoh sesepuh partai telah berkumpul di Beidaihe, tempat
peristirahatan musim panas, di tepi pantai.
Pertemuan informal tapi penting itu yang diselenggarakan sekali setahun dan
berlangsung selama berminggu-minggu dimaksudkan untuk mempersiapkan
garis-garis besar kebijakan partai.
Apa yang diharapkan dari pertemuan bulan Agustus yang lalu itu adalah
pengumuman tentang jadwal kongres partai pada akhir September atau awal
Oktober.
Dan yang paling penting adalah pengumuman tentang pengunduran diri Jiang
Zemin dari semua posisinya. Pa-dahal yang diungkapkan adalah pengunduran
kongres ke-16 PKT dan untuk sementara Jiang Zemin akan tetap memegang semua
posisinya.
Para pengamat menduga bahwa pergeseran jadwal itu dikaitkan dengan rencana
Jiang Zemin untuk berkunjung ke AS, atas undangan Presiden George Bush,
bulan depan.
Supaya dia mendapat penghormatan secara protokol kenegaraan, maka dianggap
penting bahwa Jiang Zemin untuk sementara tetap mempertahankan posisinya
sebagai Presiden dan sebagai Sekjen partai. Meskipun dia telah lama ingin
berkunjung ke AS (seperti juga bapak politiknya Deng Xiaoping pernah
keliling negara pusat kapitalisme itu pada awal 1979 atas undangan Presiden
Jimmy Carter), tapi ia ingin diperlakukan sebagai tamu negara dan bukan
sebagai turis biasa.
Alasan tersebut nampaknya wajar-wajar saja, namun dalam budaya politik
Tiongkok selama berabad-abad, setiap perkembangan politik cenderung
mempunyai latar belakang yang kompleks.
Menurut beberapa pengamat politik yang tidak ingin disebutkan namanya, jelas
bukan maksud Jiang Zemin untuk menjegal Hu Jintao (59 tahun), calon
penggantinya yang telah disepakati partai. Hu Jintao yang pada awal tahun
ini telah berkunjung ke AS sekarang menjabat sebagai Wakil Presiden, anggota
Komite Tetap Politbiro dan Wakil Ketua Komite Pusat Militer.
Bulan November ini, ketika Hu Jintao menduduki posisi- posisi penting yang
dipegang oleh Jiang Zemin sekarang, maka perkembangan itu berarti juga bahwa
generasi kepemimpinan baru akan muncul di RRT.
Dan dapat diperkirakan bahwa modernisasi politik akan berlangsung seiring
dengan modernisasi ekonomi. Hu Jintao jelas akan menempatkan rekan-rekan
segenerasinya yang tidak mengalami perang rakyat dipimpin Mao Zedong melawan
tentara Jepang dan Kuo Mintang pada dekade 1930'an dan 1940'an.
Bukan maksud Jiang Zemin membendung suksesi kepemimpinan ini. Ia sendiri
menyatakan ketika Kongres ke-15 PKT dilangsungkan pada tahun 1997, agar
semua pimpinan partai yang telah melampaui usia 70 tahun pada tahun 2002
mundur dari posisi mereka masing-masing.
Seorang diplomat dari salah satu negara ASEAN dalam suatu percakapan
berpendapat bahwa Jiang Zemin ingin melestarikan pengaruhnya dan
pemikirannya setelah ia melepaskan semua posisinya pada bulan November
nanti. Jiang sedang sibuk memperjuangkan, menurut diplomat itu yang
mengikuti perkembangan politik di ibu kota ini secara cermat, agar tokoh
andalannya akan menjadi anggota Komite Tetap Politbiro pada bulan November
nanti.
Mereka itu antara lain adalah Zeng Qinghong, Kepala Departemen Organisasi
PKT, Wakil PM Wu Bangguo, Sekretaris PKT Beijing, Jiang Qinglin dan beberapa
tokoh muda lainnya.
Dalam proses tawar-menawar di balik layar yang agaknya sedang berlangsung di
ibu kota ini, Jiang Zemin rupanya juga ingin mendapat jaminan bahwa beberapa
jenderal tua hasil pengangkatannya jangan digeser oleh Hu Jintao, sebagai
ketua baru Komisi Pusat Militer.
Diperkirakan Hu Jintao bermaksud menempatkan perwira-perwira lebih muda di
pos-pos penting yang paham tentang prinsip-prinsip perang modern.
Sedangkan Jiang Zemin nampaknya berpendapat bahwa mempertahankan beberapa
jenderal tua yang sempat mengalami atau masih menghayati semangat perang
rakyat adalah penting. Hal ini untuk menghindarkan supaya para militer
Tiongkok jangan terlalu bersikap teknis professional, tapi tetap menghormati
tradisi tentara rakyat.
Apakah gunanya bagi kita di Indonesia untuk mengamati proses politik sekitar
suksesi kepemimpinan di RRT?
Negara ini dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% setahun yang berhasil
mengadakan loncatan modernisasi serba menakjubkan merupakan semacam
lokomotif perekonomian wilayah Asia.
Jepang sudah merupakan kekuatan yang mulai lesu, meskipun masih mempunyai
peranan. Sedangkan India dibebani terlalu banyak persoalan dalam negeri,
meskipun prestasi ekonominya cukup mengesankan. Tapi untuk sementara India
sulit memainkan peranan kepemimpinan di Asia.
Berdasarkan berbagai faktor itu, peranan kepeloporan RRT di Asia akan
terjadi secara alamiah.
Hubungan bilateral Indonesia-RRT terus meningkat. Sebuah tim perusahaan
penerbangan Garuda telah tiba untuk mempersiapkan hubungan penerbangan
Jakarta-Shanghai.
Perjanjian penjualan LNG ke Fujian yang ditanda-tangani di Jakarta berarti
bahwa RRT amat memerlukan produk energi dari Indonesia.
Justru karena nampaknya kerja sama dengan RRT ini akan terus meningkat,
termasuk juga di bidang politik luar negeri, maka Indonesia berkepentingan
siapa yang berkuasa di RRT menjelang akhir tahun ini.
Penulis pernah bertugas sebagai Pemimpin Redaksi harian The Jakarta Post dan
sebagai kepala Perwakilan RI di Australia. Domisilinya di Jakarta.


Last modified: 28/9/2002