[Nasional-m] Institut Pertanian Organik, Sekolah Tanpa Dinding

Ambon nasional-m@polarhome.com
Fri Oct 4 10:48:06 2002


Kompas
Kamis, 3 Oktober 2002

Institut Pertanian Organik, Sekolah Tanpa Dinding

KOMPAS/YURNALDI
 BOLEH dikata tidak lazim, tapi itu terjadi di Kecamatan IV Angkek Canduang,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Sebuah institut bernama Institut Pertanian
Organik (IPO) Bukittinggi, Senin (30/9), secara resmi dibuka dengan mendidik
50 orang petani muda, ditandai dengan pelepasan pupuk kandang (tahi kambing)
dari kemasannya yang mirip bantal guling.
Banyak orang menilai, IPO sebagai saingannya IPB (Institut Pertanian Bogor)
kelak. Untuk urusan petanian, mungkin. "Bila IPB mendidik mahasiswa dan
menghasilkan penelitian-penelitian, misalnya tentang pupuk anorganik atau
hasil pertanian menggunakan bahan-bahan anorganik, maka IPO mendidik petani
atau calon petani yang nantinya dari pengalaman lapangan akan melahirkan
penelitian-penelitian seperti keistimewaan pupuk organik, pupuk organik apa
cocok dengan tanaman jenis apa, berapa komposisinya dan sebagainya," kata Ir
Djoni, Kepala Balai Perlindungan Tanaman Sumbar, di sela-sela acara
pembukaan.
Pertanian Organik sudah agak lama dikembangkan di Sumatera Barat dan sudah
menunjukkan hasil jauh lebih menggembirakan dibanding pertanian sisten
anorganik, yang menggunakan pestisida. Pertanian organik antipestisida.
Dengan sistem ini, setiap musim tanam bisa dilakukan penghematan biaya
produksi sampai 40 persen. Sebab, bibit, pupuk, pemberantas hama (agens
hayati) dibuat sendiri. Hasil produksi pun lebih tinggi dibanding dengan
sistem pertanian anorganik. Bahkan, dengan kualitas produksi terjamin, harga
jual jauh lebih tinggi. Pertanian organik sangat memperhatikan kesehatan
bahan pangan.
Djoni melukiskan, pertanian organik dengan pemanfaatan agen hayati Se-NPV
pada tanaman bawang daun, dari kajian lapangan, ternyata dapat menekan
serangan ulat daun bawang (Spodoptera exiqua) sekitar 84 persen dan
penyelamatan hasil yang hilang sekitar 80 persen.
Pemanfaatan agens hayati Bx1-Cb pada tanaman kubis dapat menekan serangan
ulat Krop sekitar 90 persen dan penyelamatan hasil yang hilang sekitar 74
persen.
Sampai sekarang sudah ditemukan sedikitnya 23 macam agens hayati, yaitu
pemberantas hama dengan musuh alaminya. Agens hayati adalah setiap organisme
yang dapat merusak, mengganggu kehidupan atau menyebabkan OPT sakit atau
mati. Agens hayati dapat berupa predator, parasitoid, patogen dan agens
antagonis.
***
SISTEM pertanian organik dengan temuan puluhan agen hayati itu, sudah lama
menjadi bahan studi para petani dari berbagai daerah di Indonesia. Sistemnya
magang pada petani. Kini, melalui Yayasan Masyarakat Peduli Petani (Mapeni),
dengan visi terwujudnya pertanian yang mandiri, modern, membanggakan, serta
melembaganya prinsip-prinsip konservasi dalam pengelolaan sumber daya alam
di Ranah Minang, dan didasarkan atas keinginan kelompok-kelompok tani,
didirikanlah Institut Pertanian Organik (IPO) Bukittinggi.
"IPO memiliki lahan seluas 8.000 meter persegi, dan sedikitnya terdapat 20
jenis tanaman. Ada keragaman tanaman pada satu bidang (tumpangsari).
Misalnya untuk tanaman cabai (yang akarnya dalam), bisa ditumpangsarikan
dengan tanaman lobak (kol bulat) yang akarnya dangkal. Di lahan inilah para
petani yang menjadi 'mahasiswa' berpraktik antara lain dari cara pembuatan
bibit, pupuk, agens hayati, tanaman tumpangsari yang saling menguntungkan
sampai ke proses penyimpanan dan pemasaran," papar Djoni.
IPO menurut Apris Hamid, Ketua Yayasan Mapeni, bertujuan untuk mencerdaskan
petani agar tidak dibodoh-bodohi lagi seperti di era Orde Baru dan sekaligus
memandirikan dan menyejahterakannya. Secara rinci, meningkatkan sumber daya
petani (SDM) sehingga meningkatkan efisiensi usaha tani dan mampu
menghasilkan produksi yang bebas residu bahan kimia yang membahayakan
kesehatan manusia. Meningkatkan SDM petani sehingga mampu menghasilkan
produksi yang berkualitas tinggi dan mampu melakukan grading sesuai dengan
standarisasi mutu.
"IPO diyakini akan melahirkan petani yang mampu melaksanakan fungsi kontrol
dalam pengelolaan SDA dengan prinsip konservasi. Juga akan mengubah kesan;
pekerjaan petani dari kelas dua menjadi pekerjaan nomor satu," kata Apris.
Melalui IPO, lanjutnya, kesadaran petani digugah, bahwa arogansi dan pola
bermusuhan dengan alam yang diterapkan selama lebih kurang 40 tahun di dunia
(termasuk di Indonesia), telah meninggalkan warisan dalam bentuk 500 spesies
yang kebal terhadap pestisida, jutaan kasus keracunan setiap tahun,
resurjensi hama-hama dan menurunkan kemampuan tanah dalam penyimpanan air
dan unsur hara yang sebenarnya lebih diperlukan dalam pertanian.
Sekurang-kurangnya, menurut Apris Hamid, dengan IPO kita mendudukkan kembali
arti sekolah, yaitu suatu tempat proses belajar yang seharusnya tidak perlu
dibatasi dengan dinding yang justru akan memisahkan kita dari alam di mana
kita hidup. Pola Sekolah Tanpa Dinding seperti IPO akan membuat petani lebih
dekat dengan lingkungan alam, perlu lebih dikembangkan di kalangan petani.
Pada era perdagangan bebas sekarang, pendidikan pertanian seharusnya
menyesuaikan dengan usaha tani, bukan sebaliknya.
***
MENURUT Russ Dilts dari FAO, dalam suatu seminar Mapeni di Padang,
mengatakan, Sekolah Tanpa Dinding atau Sekolah Lapangan yang dikembangkan di
Indonesia, seperti di Sumatera Barat, telah merupakan suatu sumbangan yang
berarti. Di Vietnam, Cina, Filipina, Bangladesh, India, Korea Selatan,
Thailand, dan Sri Lanka Sekolah Tanpa Dinding dalam bentuk IPM Farmer Field
School.
"Sekolah Lapangan bukan sekadar metodologi baru. Bukan pula berarti petani
kembali ke sekolah, melainkan kembali ke arti sekolah yang sebenarnya
sebagai suatu tempat bagi peserta secara aktif menguasai dan mempraktikkan
proses penciptaan ilmu pengetahuan. Yang baru hanya penerapannya di lapangan
pertanian berskala luas. Titik berat adalah pada proses, di mana peserta
didik menemukan sendiri ilmu melalui interaksi langsung dengan fakta dan
kenyataan," katanya.
Menurut Aslim Saleh, pengurus Yayasan Mapeni, petani yang sekolah di Sekolah
Tanpa Dinding IPO, hanya satu musim (12 minggu). Ruang kelas dan
perpustakaan adalah lahan seluas 8.000 meter persegi. Mereka dibimbing
tenaga berpengalaman dan profesional, untuk mendalami berbagai prinsip yang
terkait dengan perkembangan tanaman seperti dinamika populasi serangga,
fisiologi dan kompensasi tanaman, pemeliharaan kesuburan tanah, pengaruh air
dan cuaca, pemilihan varietas, dan lain-lain, melalui eskperimen yang
dilakukan oleh petani itu sendiri.
"Selain kegiatan pokok, serangkaian kegiatan (topik khusus) dilakukan sesuai
dengan masalah-masalah khusus yang dihadapi di setiap tempat. Yang selalu
tampak nantinya di IPO adalah peran aktif petani sebagai pelaku, peneliti,
pemandu dan manajer lahan yang ahli," katanya.
Anda berminat mengembangkan pertanian organik secara cerdas, tak ada
salahnya sekolah dulu di IPO. (YURNALDI)