[Nasional-m] Lagi-lagi Bentrokan Antara Tentara Melawan Polisi

nasional-m@polarhome.com nasional-m@polarhome.com
Wed Oct 2 00:12:23 2002


Lagi-lagi Bentrokan Antara Tentara Melawan Polisi

Intro: Bentrokan antara anggota TNI dari Lintas Udara dengan Polres
Langkat yang berawal sejak Sabtu lalu berlanjut sampai Senin dini hari.
Bentrokan, yang menelan korban jiwa dan luka-luka di kedua pihak itu,
dipicu oleh penangkapan seorang tersangka kasus narkoba oleh Polres
Langkat. Tersangka tersebut diduga adalah anggota TNI. Teman-teman
tersangka dari kesatuan Lintas Udara berupaya membebaskan tersangka
yang mendapat perlawanan dari Polres, hingga jatuhnya korban. Peristiwa
yang terjadi di Binjai ini menunjukkan ketidakharmonisan secara struktural
antara keduanya dalam mempertahankan kepentingan masing-masing.
Demikian Tanggapan Irham Buana Nasution dari LBH Medan.

Irham Buana Nasution [IBN]: Menurut saya bahwa sejak lama memang
telah terjadi secara struktural disharmonis antara TNI dan POLRI artinya
bahwa ketika ada rencana pemisahan kelembagaan TNI dan POLRI, muncul
berbagai kecemburuan dan juga konflik secara tidak terbuka dilakukan oleh
TNI dan POLRI. Disamping itu juga melihat betapa TNI dan POLRI selalu
mengalami persoalan atau problema dalam konteks kepentingan dengan
publik mereka, sehingga kemudian tidak heran jika kepolisian ingin merebut
basis yang selama ini dipegang oleh TNI, sementara TNI sendiri belum iklas
betul untuk melepaskan peran sosial politiknya ditengah-tengah publik.

Radio Nederland [RN]: Jadi bisa dikatakan bahwa peristiwa di Binjai
itu, hanyalah percikan dari konflik mendalam antara keduanya yaitu
perebutan kekuasaan antara TNI dan POLRI?

IBN: Menurut saya peristiwa terakhir yang terjadi di Sumatra Utara,
antara Polres Langkat dengan Barisan Linud di kabupaten Langkat Binjai,
ini kan bagian terkecil dari kasus-kasus lain yang sudah muncul di
tengah-tengah kita. Tidak hanya di Sumut, kasus itu adalah kasus yang
menurut kami menunjukkan betapa POLRI dan TNI, belum bisa menemukan
satu format yang benar dalam menjalankan profesionalismenya, sehingga
tidak heran kalau muncul berbagai perdebatan dalam masyarakat apa yang
sebenarnya yang dilakukan oleh TNI dan POLRI dalam mengejar
ambisi-ambisi kelembagaannya. Saya melihat ada gejala bahwa di Sumut
khususnya antara peran TNI dan POLRI itu muncul kepentingan dan gap
masing-masing, dan itu menjalar sebetulnya pada kepentingan publik
sendiri.

RN: Menyangkut tentang publik ini, berarti citra dari keduanya itu
semakin memburuk dan citra merekapun selama ini tidaklah begitu
baik di mata masyarakat.

IBN: Menurut kami begini, bahwa selama ini muncul kecenderungan di
masyarakat kita bahwa TNI dan POLRI ini adalah dua lembaga yang
banyak melakukan aktifitas bisnis. Bisnis TNI dan POLRI itu sangat
kentara, dan kemudian ada back-up- back- up dalam kepentingan bisnis,
illegal logging dan sebagainya, itu semua kan menandakan bahwa
peran-peran itu akan tetap dijalankan karena itu merupakan satu peluang
TNI dan POLRI dalam merebut kepentingan publik tadi.

RN: Begini Bung Irham, dalam peritiwa terakhir itu juga bisa
mencerminkan kegagalan dari para pemimpin kedua pihak karena
mereka tidak bisa mengontrol anak buahnya.

IBN: Kasus Sumut, ini sudah berulangkali terjadi, itu baru dalam wilayah
Sumut. Belum lagi kalau kita bicara misalnya kasus-kasus yang muncul di
Indonesia Timur, belum lagi kita lihat kasus di Jabotabek, semuanya kan
menandakan belum ada sebuah penanaman ideologi yang baik diantara TNI
dan POLRI dalam memahami bidang-bidang tugasnya. Disamping itu kita
tahu bahwa ini seharusnya ada pendidikan yang baik juga dari pimpinan
terhadap bawahannya dalam memahami bahwa peran mereka tidak lagi
ikut campur dalam praktek-praktek kekuasaan.

Tapi yang jelas bahwa dengan alasan apapun komandan bertanggung
jawab atas segala tragedi dan konflik yang terjadi antara TNI dan POLRI.
Khusus di Sumut, kami lihat bahwa langkah-langkah rekonsiliasi atau
upaya-upaya damai yang dilakukan tidak membuahkan hasil, ini kan
berhubungan langsung dengan faktor keamanan masyarakat.
Yang Jelas untuk kasus terakhir d Sumut, harus dilihat bukan saja dalam
faktor TNI dan POLRI tetapi ini menunjukkan ada sebuah sikap politik yang
yang kontradiktif antara TNI dan POLRI dalam memaknai peran dan
fungsinya oleh karena itu dengan alasan apapun, Pangdam satu Bukit
Barisan dan KAPOLDA Sumut harus bertanggung jawab terhadap peristiwa
itu.

Demikianlah Irham Buana Nasution di Medan


Berita tertulis yang disiarkan oleh Radio Nederland Wereldomroep.