[Nasional-m] Ibu rumah tangga itu karir terhormat

Ambon nasional-m@polarhome.com
Wed, 20 Nov 2002 23:12:53 +0100


 http://www.surya.co.id/21112002/12c.phtml

 Ibu rumah tangga itu karir terhormat

Yang dimaksud kepala rumah tangga itu kepala rumah tangga dalam hal mencari
nafkah atau pemimpin atau bagaimana?


----------------------------------------------------------------------------
----

Kepala rumah tangga itu bisa juga.. misalnya laki-lakinya sakit, atau
misalnya laki-lakinya memang tidak bisa melakukan hal-hal yang berkaitan
dengan mencari nafkah. Nah, di sini istilah kepala rumah tangga adalah kita
membantu mereka untuk mencukupi kehidupan. Begitu.

Tapi tetap nggak bisa jadi kepala rumah tangga?

Secara kodrati, kita memang bersama-sama. Kita menjadi tim. Apa yang
dikatakan kesetaraan dalam memimpin. Kita tim. Jadi kita tidak mempersoalkan
apakah kamu atau saya yang menjadi kepala. Kita tim.

Apakah peran dan posisi perempuan dalam lingkup domestik merupakan suatu
kodrat?

Itu bukan kodrat. Bukan. Kodratnya hanya dibedakan bahwa kita harus
melakukan hal-hal yang sesuai dengan kodratnya. Kalau tugas-tugas rumah
tangga, bukan kodrat. Bukan sama sekali. Bisa saja kita tidak melakukannya.
Di rumah, saya tidak melakukannya. Dan karena suami saya senang memasak, ya
dia melakukannya. Begitu, kan?!

Apakah status ibu rumah tangga bisa dianggap sebagai suatu karir?

Saya menganggap bahwa ibu rumah tangga adalah karir yang sangat terhormat
karena tidak semua orang bisa menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik,
pendidik yang baik. Banyak sekali ibu rumah tangga yang tidak melakukan
tugasnya dengan baik. Misalnya, mereka nggak bekerja. Tetapi mereka kemudian
di rumah tidak sebagai... Misalnya mereka tidak mengerjakan pekerjaan di
rumah atau mereka juga tidak mendidik anaknya, mereka kadang-kadang juga
melakukan hal-hal yang membuat anak-anaknya menjadi merasa risau atau
marah-marah atau hanya menggosip atau kemudian hanya menggosip atau
pergi-pergi terus.. Nah, hal-hal demikian kan sering terjadi. Jadi dia bukan
sebagai ibu rumah tangga yang diharapkan di mana dia bisa menuangkan dan
mendidik anaknya menjadi bagian dari kesejahteraan dan kebanggaan lingkungan
dan keluarganya. Banyak (yang seperti itu).

Akan tetapi, banyak masyarakat kita yang berpendapat bahwa status ibu rumah
tangga bukanlah karir karena tidak bergerak dalam lingkup publik. Bagaimana
komentar ibu?

Saya nggak ngerti yang dimaksudkan dengan lingkup publik. Kita kan juga
mengaktualisasikan diri kita ke masyarakat. Apakah yang dikatakan lingkup
publik itu dia tidak pergi (ke kantor) sebagai karyawan? Tapi kan dia bisa
melakukannya di rumah. Makanya sekarang banyak sekali ibu atau anak-anak
yang masih di bawah 30 tahun, mengerjakan pekerjaan dari rumah melalui
internet, dengan networking yang terbaru dan canggih, pakai segala macam
teknik-teknik dengan bantuan perangkat canggih. Mereka bisa melakukannya.
They don't need to go outside. Yang di publik itu maksudnya kan dia harus
pergi naik mobil atau naik ojek atau naik apalah, kan begitu? Tapi dengan do
it at home, sekarang mereka bisa melakukannya dari rumah, dengan segala
perangkat canggih. Kan begitu?

Jadi kalau menurut pendapat saya, justru ibu rumah tangga adalah posisi yang
sangat terhormat karena dia melingkupi punya faktor-faktor sosial dengan
keluarga, dengan masyarakat, dia peletak dasar agama, kemudian sebagai
seorang pendidik yang baik. Dan dia berkarir sebagai ibu rumah tangga.
Begitu.

Apa Ibu mendukung konsep bapak rumah tangga?

Saya mendukung sekali. Sebetulnya bapak rumah tangga itu kan istilah dimana
seorang bapak melakukan tugas-tugas yang biasanya -saya katakan, biasanya-
dilakukan oleh perempuan. Tetapi tujuannya adalah untuk kesejahteraan
keluarga. Kalau misalnya bapaknya lagi jobless, nggak punya kerja dan
ibunya -memang perempuan lebih canggih dan lihai untuk mencari income
(penghasilan), kenapa tidak? Mereka mengerjakan sesuatu di rumah dan kita
menjadi senang, di luar untuk bekerja. Ini kan sinergi.

Bagaimana Islam memandang feminisme?

Saya nggak mau mengatakan bahwa feminisme itu radikal, ya. Tapi feminisme
menginginkan supaya segala sesuatunya itu pas persis dengan laki-laki. Itu
nggak mungkin.

Kenapa nggak mungkin?

Ya nggak mungkin, lah. Laki-laki kan nggak mungkin hamil. Iya, kan? Secara
kodrati, mana mungkin?

Tapi kan feminisme macam-macam. Ada yang radikal, ada pula yang biasa.

Kalau yang biasa, mungkin kita bisa ngasih tolerate (toleransi-Red), ya.
Tapi kalau yang sudah menginginkan segala serba sama, ya nggak mungkin.

Kembali ke konsep bapak rumah tangga. Apa ini bisa dianggap sebagai karir?

Saya menganggap bahwa ini sesuatu yang dikerjakan di luar keinginan
seseorang.. Sebetulnya ibu rumah tangga juga di luar keinginan kita kalau
kita tiba-tiba harus mengerjakan sesuatu yang.. misalnya, kalau mau bertanya
pada hati nurani, inginnya tidur. Tapi kan kita harus masak, misalnya. Atau
inginnya mengerjakan sesuatu yang lebih menyenangkan diri, misalnya
jalan-jalan. Tapi kan kita harus misalnya menjaga anak. Nah, bapak rumah
tangga itu juga karir. Ini merupakan kesepakatan antara suami dan istri,
yang satu kerja, yang lainnya nggak. (r2)

"Saya rela"

Apa kata Rachman Uno tentang konsep Bapak Rumah Tangga yang diungkapkan
istrinya, Mien Uno? Berikut petikan wawancara wartawan Surya dengan Pak Uno
(panggilan akrabnya) :

Bapak menjadi bapak rumah tangga?

Sekarang, setelah saya pensiun, saya rela jadi bapak rumah tangga karena dia
(Mien Uno) bekerja, kan. Jadi di rumah, tugas-tugas rumah tangga yang bisa
saya kerjakan, ya saya kerjakan, meski masih banyak pembantu juga.

Apa Bapak senang melakukan pekerjaan rumah tangga?

Senang tidak senang, harus terima karena konsekuensi perkawinan itu memang
begitu. Yaitu bahwa satu untuk semua, semua untuk satu.

Dibandingkan dengan pekerjaan Bapak yang dulu, bagaimana pekerjaan rumah
tangga yang Bapak lakukan sekarang?

Ini satu perubahan yang cukup welcome, karena ini sesuatu yang tidak pernah
kita kerjakan dulu, sekarang kita kerjakan. Jadi ya biasa-biasa saja. Saya
anggap itu sebagai suatu tugas demi kebersamaan.

Bagaimana konsep perkawinan Bapak dengan Ibu Mien Uno?

Ya partner, ya love, ya.. Pokoknya, yang membuat orang betah bersama-sama.
Jadi kalau betah bersama-sama, dari pertama kan kita sudah menentukan sikap.
Saya pilih dia, dia pilih saya. Sampai pada suatu saat kita bertentangan dan
tidak searah, itu berarti pilihan Anda salah. Anda (akan) mengakui bahwa
Anda salah pilih, kan? Dan sebagai manusia yang konsekuen, kita tidak mau
dibilang salah pilih. Ini masalah harga diri. Once you make a choice, ya
keputusan itu yang kita pegang. Itu konsekuensi.

Termasuk juga pilihan menjadi bapak rumah tangga?

Tentu saja. Itu konsekuensi dari perkawinan bahwa satu untuk semua, semua
untuk satu. Artinya kalau kita bisa membantu kemajuan anak-anak, atau
kemajuan kesejahteraan anak-anak atau seluruh keluarga, itu bukan perjuangan
sendiri-sendiri, tapi perjuangan bersama. Jadi kalau misalnya memungkinkan,
saya yang di rumah, ya saya yang kerjakan itu. Kalau memungkinkan, ya.
Begitu pula dengan anak. (r2)