[Nasional-m] "Fans" Ba'asyir yang Bernasib Malang

Ambon nasional-m@polarhome.com
Thu, 7 Nov 2002 22:26:49 +0100


Suara Merdeka
Jumat, 8 November 2002  Berita Utama

"Fans" Ba'asyir yang Bernasib Malang

PASCATRAGEDI peledakan bom di Bali yang menewaskan lebih 185 orang -
sebagian besar warga Australia - bukan masa enak bagi "fans" (pengagum)
Ustaz Abu Bakar Ba'asyir, Pemimpin Pondok Ngruki Sukohardjo, Jateng. Siapa
saja yang dekat dengan Amirul Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) itu kini
selalu dimata-matai intelijen. Satu di antaranya Amrozi, warga Desa
Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Jatim. Dia kini ditangkap
petugas, diinterogasi, dan dibawa ke Bali karena diduga terkait dengan
tragedi blast Bali 12 Oktober lalu.

Siapakah Amrozi? Apakah dia benar pemilik mobil L 300, yang berdasarkan
investigasi petugas dari FBI, Polri, dan AFP Australia, dipergunakan untuk
mengangkut bahan peledak dalam tragedi Malam Minggu Kelabu di Pulau Dewata
tersebut? Apakah warga Kota Tahu Campur yang lama bermukin di Malaysia untuk
mengais ringgit itu terlibat dalam jaringan teroris internasional? Seberapa
jauh relasi antara Amrozi dan Ustaz Abu Bakar Ba'asyir? Apakah Amrozi
termasuk pengagum berat Abu Bakar Ba'asyir?

Ustaz Zakaria Bin Rundung, Pemimpin Pondok Al Islam, ketika ditemui Suara
Merdeka hari Kamis (7/11) menyatakan, Amrozi bukannya warga Pondok Al Islam.
Maksudnya, yang bersangkutan bukan santri, pengurus, dan guru di pondok yang
didirikan pada tahun 1992 itu.

Yang bersangkutan memang sering datang dan bersilaturahmi ke Pondok Al Islam
sejak 3 tahun terakhir, setelah pulang dari negeri jiran Malaysia.


"Saya jumpa sewaktu-waktu saja dengan dia, itu pun bila dia berada di rumah
dan sempat main ke pondok. Kami hanya ngobrol masalah biasa, misalnya soal
makanan dan minuman. Saya sering minta tolong kepada dia untuk mengantarkan
membeli sate di Paciran, karena ada warung sate enak di sana," kata Pemimpin
Pondok Al Islam asli Manggarai, NTT, ini.

Di mata Ustaz Zakaria, sosok Amrozi bukan orang yang sangat concern terhadap
persoalan keumatan (Islam). Misalnya, mengajak Ustaz Zakaria untuk berdialog
dengan berbagai macam persoalan yang melilit umat Islam, perlakuan terhadap
umat Islam yang dilakukan pemerintah atau negara lain secara tak adil, serta
pengembangan dakwah Islam. "Kalau ngomong serius masalah itu nggak pernah,
ya ngomong tapi sambil lalu dan hanya berupa keluhan."

Contohnya? Orang pertama di Pondok Al Islam kelahiran 25 Desember 1970 ini
menceritakan, Amrozi kadangkala mengeluhkan perlakuan buruk yang diterima
beberapa pimpinan Islam, seperti Ustaz Abu Bakar Bas'ayir dan Habieb Rizieq
Shihab. Katanya, kutip Ustaz Zakaria, kenapa para pemimpin Islam itu
ditahan, disudutkan, dan diperlakukan tak adil. "Mungkin karena Amrozi
pengagum kedua pimpinan Islam tersebut."

Mengagumi

Mungkinkah Amrozi ditangkap polisi dan intelijen karena mengagumi Bas'ayir
dan pernah mendengarkan dua kali ceramah orang pertama di Pondok Ngruki
Sukoharjo itu ketika diundang ke Pondok Al Islam? "Wah itu saya nggak tahu,
tanyakan saja kepada polisi," jelas Ustaz Zakaria.

Yang jelas terhadap berbagai tindakan pihak lain yang menyudutkan umat
Islam, Amrozi termasuk orang yang galau dan gundah. Kendati pengetahuan
agamanya layaknya warga santri di kawasan pantura Jatim, seperti mampu
membaca Al Quran secara baik dan pengetahuan agamanya paspasan, tapi itu tak
mengindikasikan bahwa Amrozi adalah seorang muslim fundamentalis dan
cenderung suka mempergunakan politik kekerasan dalam menperjuangkan
aspirasinya.

Mungkinkah Amrozi terlibat tragedi pengeboman di Bali? Lelaki yang memiliki
2 anak ini, menurut Ustaz Zakaria, memang memiliki keahlian di bidang
teknik, terutama teknik elektronik, yakni antena, bukan HP (handphone).
Ustaz Zakaria memiliki pengalaman langsung dalam kaitan ini. Karena sinyal
HP di pondoknya lemah, Ustaz Zakaria berinisiatif untuk membangun antena
bantuan penerima sinyal. (Ainur Rohim-16t)