[Nasional-m] Hari Ibu, Melanggengkan Stereotipe Perempuan?

Ambon nasional-m@polarhome.com
Fri, 20 Dec 2002 23:44:43 +0100


http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2002/12/21/op1.htm

Dengan berbagai kemajuan teknologi dan pengetahuan di bidang medis terbukti
bahwa kodrat tersebut dapat dialihkan atau dihentikan. Hal ini akan mengarah
pada kebebasan kaum perempuan untuk melakukan kontrol sepenuhnya atas
oran-organ dalam tubuhnya. Dengan uraian tersebut, penggolongan kodrat dapat
diubah. Hal ini perlu dilakukan karena terjadi perubahan dalam hubungan
sosial antara manusia dalam masyarakat. Dengan perubahan ini, tidak ada
alasan untuk menetapkan agar kaum perempuan kembali pada kodratnya atau kaum
perempuan tidak merasa sempurna sebagai perempuan apabila tidak memiliki
salah satu dari kodrat tersebut.

-------------------------------------------

Hari Ibu, Melanggengkan Stereotipe Perempuan?
Oleh : Ernawati

SAAT merayakan Hari Perempuan Internasional pada tiap tanggal 8 Maret, kaum
perempuan seluruh dunia memperingati kemenangan kaum perempuan atas
diskriminasi yang dilakukan terhadap kaum perempuan. Karena hari itu
merupakan kemenangan bagi kaum perempuan yang dipelopori oleh buruh-buruh
perempuan dengan memenangkan kesempatan bagi kaum perempuan untuk
mendapatkan jam kerja selama delapan jam dan upah yang sama dengan kaum
laki-laki, disusul kemudian dengan kesempatan untuk turut dalam pemilu.

Kemenangan itu bukan sekadar emansipasi namun penentangan terhadap aturan
yang mendiskriminasi perempuan dan penolakan terhadap stereotipe perempuan
sebagai istri dan ibu penjaga rumah -- pemelihara anak dan suami. Kaum
perempuan menuntut peran sosial dan ekonomi yang sama dengan laki-laki.
Namun pada Hari Ibu, kaum perempuan merayakan keagungan ibu, sebagai
perempuan yang melahirkan generasi penerus, istri yang baik, sabar, penuh
kasih sayang dan hormat pada suami, istri yang tidak melupakan kodratnya
walaupun memiliki karier, dan segala pujian yang berkaitan dengan julukan
sebagai ratu rumah tangga.

Perjalanan kaum perempuan untuk mendapatkan kembali hak-haknya dan
perjuangan untuk menentang segala bentuk penindasan terhadap perempuan
sangat panjang. Dari kemunculan gelombang pertama gerakan perempuan hingga
saat ini sudah cukup banyak kemenangan yang berhasil diraih kaum perempuan.
Tetapi, apakah penindasan terhadap perempuan sudah berakhir? Jawabannya
tentu saja bisa berbeda-beda, bahkan jika itu juga ditanyakan pada kaum
perempuan sendiri, mereka akan memberikan jawaban yang berbeda, tergantung
pada latar belakang sosial, ekonomi dan pendidikan mereka.

Dari perjuangan panjang tersebut, saat ini kaum perempuan bisa menikmati
kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi, pekerjaan di segala
sektor dan mampu tampil sebagai pemimpin. Tampaknya dunia makin indah dan
kaum perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki.

Tetapi, faktanya tak seindah kata-kata. Tidak semua perempuan mendapat
kesempatan untuk mendapatkan peran sosial dan ekonomi yang diinginkan,
termasuk dalam pendidikan, tetap terjadi pemisahan antara perempuan kelas
menengah dan perempuan kelas bawah. Diskriminasi terhadap perempuan masih
berlaku walaupun dalam kemasan yang lebih cantik seiring dengan perubahan
dalam cara berpikir masyarakat.

Perubahan Kodrat

Perkembangan dan perubahan dalam hubungan sosial masyarakat seharusnya sudah
mengubah cara pandang tentang kodrat. Kodrat yang dikategorikan sebagai
sesuatu yang alamiah dan tidak dapat ditolak maupun diubah lagi dan
dihubungkan dengan kondisi biologis, adalah haid, hamil, melahirkan dan
menyusui. Namun beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi telah mengubah
kodrat ini.

Program pengendalian kelahiran telah mendorong kaum perempuan untuk
menggunakan alat-alat kontrasepsi dan beberapa unsur kimia dari obat-obatan
itu setelah digunakan selama bertahun-tahun ternyata bisa menghentikan haid.
Hal ini bisa dijelaskan oleh para ahli medis dan bisa dihasilkan kembali
dengan obat-obatan tertentu. Dengan begitu, tentu saja kaum perempuan yang
tidak menghendaki haid tiap bulannya bisa konsultasi dengan ahli medis untuk
menghentikan terjadinya haid tiap bulan, walaupun ini tetap mengandung
risiko bagi tubuh. Program pengendalian kelahiran justru menunjukkan masih
kuatnya sistem patriarki yang menaungi kehidupan perempuan. Mayoritas
sasaran program ini dan para pengguna alat kontrasepsi adalah perempuan.
Banyak kaum laki-laki yang menolak menggunakan kondom dengan alasan yang
tidak rasional, selain memang tidak banyak tersedia alat kontrasepsi yang
ditujukan bagi kaum laki-laki.

Kehamilan mutlak hanya bisa dilakukan oleh kaum perempuan. Namun dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, fungsi ini bisa saja
digantikan dengan instrumen yang menyerupai rahim perempuan. Dalam realitas
kehidupan perempuan, masih banyak kaum perempuan yang tidak memiliki kontrol
atas alat-alat reproduksi dalam tubuhnya, ia tidak bisa menentukan apakah ia
ingin hamil atau tidak dan kapan saatnya, dan bagi kaum perempuan yang
menolak terjadinya kehamilan yang tidak ia inginkan, ia dihadapkan pada
hukum aborsi yang meletakkan pelaku aborsi sama dengan terpidana tindak
kriminal. Penggolongan hamil sebagai salah satu kodrat perempuan ternyata
turut mendorong tindakan diskriminatif terhadap perempuan yang tidak hanya
dilakukan oleh kaum laki-laki, bahkan juga oleh kaumnya sendiri.

Malang benar nasib kaum perempuan yang alat reproduksinya tidak berfungsi.
Ia akan merasa rendah diri, merasa dirinya tidak utuh sebagai perempuan dan
menghadapi celaan dari orang-orang terdekatnya karena tidak mampu
menghasilkan keturunan, ditambah adanya kemungkinan tekanan psikologis
karena suami punya kemungkinan selingkuh atau menikah lagi hanya agar bisa
mendapatkan keturunan.

Kelanjutan dari proses kehamilan adalah melahirkan dan menyusui. Fungsi
melahirkan tentu saja bagi yang menjalani proses kehamilan secara alamiah,
dan tidak terjadi apabila kehamilan dilakukan melalui instrumen tertentu.
Sedangkan menyusui bagi yang menjalani proses reproduksi secara alamiah akan
lebih banyak dilakukan oleh perempuan, namun tetap saja tidak diharuskan
untuk dilakukan oleh perempuan.

Ada sebuah kisah tentang seorang laki-laki Afrika yang mendapat suntikan
hormon agar payudaranya bisa menghasilkan air susu sehingga ia bisa menyusui
bayinya yang ditinggal mati ibunya. Para ahli medis tentu bisa menjelaskan
bagaimana proses hormon dalam tubuh sehingga hal tersebut dapat terjadi. Hal
ini mungkin saja dapat membantu kaum perempuan yang harus menderita karena
kanker payudara sehingga tidak memiliki payudara lagi. Dengan berbagai
kemajuan teknologi dan pengetahuan di bidang medis terbukti bahwa kodrat
tersebut dapat dialihkan atau dihentikan. Hal ini akan mengarah pada
kebebasan kaum perempuan untuk melakukan kontrol sepenuhnya atas oran-organ
dalam tubuhnya. Dengan uraian tersebut, penggolongan kodrat dapat diubah.
Hal ini perlu dilakukan karena terjadi perubahan dalam hubungan sosial
antara manusia dalam masyarakat. Dengan perubahan ini, tidak ada alasan
untuk menetapkan agar kaum perempuan kembali pada kodratnya atau kaum
perempuan tidak merasa sempurna sebagai perempuan apabila tidak memiliki
salah satu dari kodrat tersebut.

Kemajuan teknologi yang dapat mengalihkan fungsi reproduksi ini mungkin saja
dapat membantu kaum homoseksual yang ingin memiliki anak. Tetapi yang lebih
penting dari semua itu adalah perubahan dalam penggolongan kodrat dapat
membantu perjuangan untuk menghancurkan stereotype yang sudah usang serta
melawan diskriminasi terhadap perempuan baik yang dilakukan oleh kaum
laki-laki maupun perempuan, atau yang terselubung dengan berbagai aturan.

Gambaran Perempuan

Stereotipe tentang perempuan terus didengung-dengungkan dan dilanggengkan
dengan perayaan Hari Ibu. Sosok ibu yang begitu agung dipuji-puji dan
terkadang anggota keluarga-anak, suami, ayah - mengambil kesempatan ini
untuk memberi hadiah bagi istri atau ibunya. Sosok ibu yang dekat dengan
dapur dan urusan domestik ditonjolkan. Kilas balik pada gerakan perempuan
akan membantu melihat kemana tujuan gerakan tersebut, apa yang sudah
dihasilkan oleh perjuangan dan bagaimana melihat kemajuan yang dinikmati
oleh kaum perempuan dewasa ini.

Tujuan gerakan perempuan adalah memperjuangkan terpenuhinya hak-hak dasar
bagi perempuan secara keseluruhan, bukan kebablasan per individu. Selain itu
untuk menyadarkan mayoritas perempuan bahwa penindasan yang dilakukan
melalui sistem, juga banyak dilakukan oleh kaum perempuan dari kelas yang
lebih atas atau yang berada pada jajaran status quo.

Masih banyak yang harus dikerjakan oleh gerakan perempuan. Hingga saat ini
masih banyak kaum perempuan yang menjadi korban dalam lingkungan rumah
tangga, tempat kerja dan masyarakat. Kekerasan, pelecehan seksual sampai
perkosaan, tindak diskriminasi dan lain-lain masih menghantui kehidupan
perempuan saat ini. Secara sederhana, kita bisa mengkampanyekan
dihentikannya segala stereotipe tentang perempuan dan menyadarkan mayoritas
perempuan untuk membuang stereotipe yang sudah usang, dan melepaskannya dari
pola pikir kaum perempuan.

Selamat Hari Ibu, 22 Desember 2002, selamat pada para ratu rumah tangga,
selamat pada para penjaga dapur, selamat pada para penanggung jawab
keluarga, selamat pada para pemegang kodrat perempuan.


Penulis, aktivis partai, tinggal di Denpasar