[Nasional-m] Ulil Ragukan Kredibilitas Pihak yang Mencapnya Hina Islam

nasional-m@polarhome.com nasional-m@polarhome.com
Thu, 05 Dec 2002 03:46:07 +0100


Ulil Ragukan Kredibilitas Pihak yang Mencapnya Hina Islam

detikcom - Jakarta, 
Difatwakan telah menghina Islam dan diancam hukuman mati tak dianggap sebagai
perkara besar oleh pentolan Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdala. Ulil
justru meragukan kredibilitas kelompok yang mengeluarkan fatwa tersebut.

"Saya tak yakin dengan kredibilitas mereka. Mereka mewakili siapa? Harus
dipertanyakan siapa mereka itu?" kata Ulil.

Sebagaimana diberitakan, Ulama dan Umat Islam Jabar, Jateng dan Jatim" yang
mengadakan pertemuan di Bandung, Senin (2/12/2002) kemarin memfatwakan tulisan
kolomnis ini yang berjudul "Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam" telah menghina
Allah, Islam dan Nabi Muhammad SAW. Mereka juga menyatakan sesuai syariat Islam,
Ulil diancam dengan
hukuman mati.

Dalam forum itu, bergabung berbagai unsur ormas, partai dan organisasi Islam
seperti Persis (Persatuan Islam), Muhammadiyah, Partai Keadilan, Forum Ulama Umat
Indonesia (FUUI), PPP Reformasi dan pimpinan sejumlah pondok pesantren di Jabar,
Jateng dan Jatim.

Berikut petikan wawancara detikcom dengan Ulil yang menantu KH MUstofa Bisri itu
lewat telepon, Selasa (3/12/2002):

Anda mungkin sudah membaca berita tentang fatwa sejumlah ulama di Bandung kemarin?

Iya. Saya belum yakin sebetulnya seberapa serius mereka. Saya nggak yakin
Muhammadiyah dan PK ikut mengeluarkan fatwa tersebut. Saya baru ketemu Ketua PK
dan pimpinan Muhammadiyah. Kita adu pikiran dan mereka tak menyebut saya telah
menghina Islam.

Tapi kalau Persis mungkin (mengeluarkan fatwa itu).
Saya sayangkan Persis kalau memang memfatwakan itu.
Karena sebenarnya tradisi Persis yang dirintis pendirinya, Ahmad Hasan, adalah
tradisi debat. Hasan pernah debat dengan Bung Karno. Seharusnya bukan dengan cara
seperti ini. Fatwa itu telah meninggalkan tradisi pendirinya.

Semestinya kalau tak setuju dengan pikiran saya dan menganggap pikiran dalam
tulisan "Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam" itu tidak benar, undanglah saya,
kita bahas, kita diskusikan, ajukan kontra argumen di mana salahnya pendapat saya.
Ini kan area perputaran pikiran. Tak usah emosional seperti itu.

Mungkin anda menganggap ada yang merekayasa pertemuan itu dan mencatut nama-nama
ormas Islam?

Saya tak berpikiran begitu. Tapi kalau saya lihat ada orang-orang elit Islam yang
sengaja menggunakan bahasa kemarahan, baik di majalah, baik pidato, kotbah,
ceramah, sering mereka menggunakan bahasa kemarahan.

Saya sebetulnya bisa memahami sikap emosional mereka.
Karena umat Islam selama ini dibakar emosi oleh para elit. Elit yang mengambil
keuntungan.

Tanggapan anda dengan fatwa tersebut?

Menurut saya lingkungan semacam ini tak sehat untuk pemikiran Islam dan gerakan
Islam. Sekarang kita sudah mulai memakai wacana pengkafiran, ancaman fatwa bunuh
dan segala macam. Itu pertanda atmosfir pemikiran itu mati, gerakan Islam akan
mandeg, ujungnya stagnasi. 

Kekerasan takkan menyelamatkan umat Islam. Apa yang dipetik Osama bin Laden dari
bom 11 September? Apa yang dipetik Amrozi dan Imam Samudera dari bom Bali?

Tindakan itu didasarkan pada hawa nafsu dan personal semata. Kalau Islam mau maju
bukan dengan cara seperti itu. Saya yakin mereka menghancurkan Islam, bukan
membangun Islam. Kalau fatwa itu benar-benar dilakukan itu akan menyebabkan
stagnasi Islam secara keseluruhan.

Mereka juga ada yang akan mengadukan anda ke polisi.

Nggak apa-apa kalau saya diadukan ke polisi. Biar nanti pengadilan yang menentukan
benar tidaknya saya menghina Islam. Bagaimana tulisan saya seperti itu dinilai
menghina Islam?

Kalau mengeluarkan fatwa seperti itu kan mereka menghakimi sendiri. Seperti di
kampung ada orang diteriaki maling lantas dibakar. Inikan nggak benar.
Saya tak suka.

Bagaimana kalau nanti anda divonis penjara seperti Arswendo Atmowiloto?

Saya lebih senang seperti itu karena ada putusan hukum ketimbang dihakimi sepihak
oleh mereka.

Sebenarnya apa motivasi anda membuat tulisan tersebut?
Ada kaitannya dengan tragedi bom Bali yang telah menimbulkan stigma buruk pada
Islam?

Saya justru ingin mencari sebab kenapa orang Islam ini lebih cenderung marah dan
tak kritis? Apa yang salah pada mereka sendiri selalu menyalahkan orang lain.
Orang Islam harus kritis melihat tafsiran.

Saya terus terang shock oleh tindakan orang seperti Osama dan lebih shock lagi
kenapa ada orang yang lebih mendukung dia. Mengidolakan dia dan bahkan ikut meniru
apa yang dilakukan oleh Osama seperti Abu Bakar Ba'asyir yang jadi pengagum Osama
dan mengkampanyekan itu. Ini penyakit Osamaisme. Memang tak banyak tapi
mendapatkan simpati di kalangan umat Islam.

Saya katakan tindakan Osama dan kelompok pengikutnya itu tak benar. Asal usul
tindakan itu karena pandangan keagaman yang harafiah, tekstual dan dogmatis.

Apa yang akan anda lakukan menghadapi fatwa tersebut.
Apa akan mendekati kelompok itu?

Nggak ada. Saya akan tunggu saja bagaimana perkembangannya, saya anggap ini tak
serius. Ini hanya emosional saja.

Daripada menghukum saya seperti itu mereka sebaiknya undang saya. Dengar
argumentasi saya. Bukan menghukum inabsentia seperti itukan semacam Khumaeni
menghakini Salman Rusdie. Hal ini hanya akan menimpakan aib yang besar pada Islam.