[Nasional-m] Kabinet Bintang Hasil Minimal

Ambon nasional-m@polarhome.com
Fri Aug 30 13:48:13 2002


Media Indonesia
Jumat, 30 Agustus 2002

Kabinet Bintang Hasil Minimal


SEMAKIN kencang suara yang menginginkan perombakan kabinet. Siapakah yang
diganti? Ada yang mengusulkan pergantian kabinet itu menyangkut tim ekonomi
dan polkam. Ada yang sangat tajam, hanya tim ekonomi saja.
Yang pertama diusulkan oleh Ketua Fraksi PDI Perjuangan Roy BB Janis.
Alasannya, para menteri jajaran ekuin dan polkam tidak berani mengambil
keputusan dan cenderung hanya meminta petunjuk.
Padahal, di masa krisis seperti sekarang ini diperlukan para menteri yang
mandiri, berani mengambil keputusan, berani bertanggung jawab terhadap tugas
yang diberikan Presiden. "Kalau sekarang, kami melihat menteri-menteri di
bidang ekuin dan polkam sering datang ke Presiden minta petunjuk," kata Roy.
Pendapat kedua dilontarkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif. Yang
diusulkan diganti adalah menteri yang tidak efektif. "Teliti orang di
ekonomi. Menurut saya, tim ekonomi ini kinerjanya seperti di awang-awang,"
katanya.
Sebelumnya, kubu PDI Perjuangan di DPR juga telah mengusulkan agar
Sekretaris Negara Bambang Kesowo diganti. Bahkan, dengan alasan yang seram,
berkaitan dengan dana banpres. Bambang Kesowo dinilai telah menyebabkan
reputasi dan kinerja presiden terganggu. Bukan sembarang pernyataan, karena
berdasarkan hasil sebuah tim investigasi.
Namun, Presiden Megawati tetap tidak menggubris keinginan merombak kabinet.
Ia pun tidak pernah terdengar bersuara sendiri mengenai perkara ini.
Kenyataannya, memang, setelah setahun lebih menjadi presiden, Megawati tetap
mempertahankan Kabinet Gotong Royong.
Kabinet ini jelas disusun dengan kompromi. Tetapi, untuk tim ekonomi,
Presiden Megawati telah memilih tim terbaik. Orang bahkan menyebutnya
sebagai The Dream Team. Tim para bintang, bagai klub AC Milan di masa
jayanya.
Tetapi, sekarang tim ini diberi predikat sebaliknya. Bukan lagi The Dream
Team, tapi The Dreaming Team. Tim yang hanya bermimpi, yang tidak efektif,
yang di awang-awang. Yang lebih banyak berdebat ketimbang bertindak.
Jika tim penuh bintang kalah bertanding, apakah yang salah? Pasti, bukan
kebintangannya yang salah. Mengumpulkan para bintang satu hal dan
menjadikannya efektif hal lain lagi. Untuk membuatnya efektif, jelas,
diperlukan manajer yang juga efektif. Tidak perlu manajer bintang, apalagi
superstar. Meminjam perbandingan, banyak manajer sepak bola yang sukses dan
hebat bukanlah berasal dari pemain yang cemerlang. Ia hanya pemain biasa
saja, yang kemudian menjadi manajer yang efektif.
Sejujurnya harus pula dikatakan, sang manajer--Presiden
Megawati--sesungguhnya tidak punya banyak waktu untuk menggonta-ganti
susunan tim. Ia naik menjadi presiden di tengah jalan dan hanya tersisa dua
tahun lagi.
Dalam waktu yang terbatas itu telah dicapai hasil yang minimal. Hasil
minimal untuk sebuah standar yang minimal. Suka atau tidak suka, untuk masa
jabatan sekarang ini hasil yang minimal ini pun perlu dipertahankan.
Mengapa? Sebab, tidak ada garansi bahwa merombak kabinet sekarang ini,
mengganti menteri yang mana pun, akan memberi hasil yang lebih baik. Tidak
ada jaminan menjadi lebih efektif. Bahkan, tidak ada penjudi sinting
sekalipun yang mau bertaruh bahwa hasilnya akan lebih baik.
Semuanya, memang, harus bersabar hingga 2004, saat semua standar yang tinggi
dikerek dan berkibar-kibar