[Nasional-m] 50 Persen Desa Tak Punya Bidan

Ambon nasional-m@polarhome.com
Sun Aug 25 20:48:17 2002


SUARA PEMBARUAN DAILY

50 Persen Desa Tak Punya Bidan

Angka Kematian Ibu di Indonesia Tertinggi di ASEAN
JAKARTA - Lima puluh persen desa di berbagai provinsi di Indonesia kini
tidak punya bidan desa. Itu antara lain akibat ketidakjelasan status bidan
yang sudah selesai melaksanakan program bidan pegawai tidak tetap (PTT)
tahun 2001. Demikian Ketua I Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Nur Ainy Madjid,
kepada Pembaruan di Jakarta, Kamis (22/8).
Menurut Nur Ainy, kekosongan tenaga bidan desa bukan semata-mata keinginan
mereka karena tahun 2001 program bidan PTT sudah berakhir. Sedangkan
pemerintah tidak memberi kejelasan status dari bidan PTT tersebut sehingga
mereka pun meninggalkan desa.
Di antara mereka ada yang menikah (ikut suami), melanjutkan pendidikan bidan
D3, dan ada yang bekerja di sektor swasta di kota karena jika di desa mereka
tidak mandiri. Karena itu, kata Nur Ainy, wajar jika bidan desa mencari
tempat lain agar bisa mandiri.
Selain itu, dikatakan, bidan desa menginginkan agar program bidan PTT tetap
berlangsung. Sebelumnya program bidan PTT berlangsung selama tiga tahun
dengan sistem kontrak. Gaji yang diperoleh bidan PTT bergantung pada kondisi
desa masing-masing (desa biasa, terpencil, dan sangat terpencil).
Dikatakan, dari laporan yang diterima IBI Daerah, provinsi yang lima puluh
persen desanya tidak punya bidan antara lain Sulawesi Tengah, Banten,
Sumatera Selatan, dan Jambi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan Prof Azrul Azwar mengatakan saat ini jumlah bidan di Indonesia
76.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, kata Nur
Ainy, sebagian besar lulusan D1.
Apabila dilihat dari rasio penduduk, jumlah bidan desa itu belum memadai.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah, setiap desa punya satu bidan desa.
Tetapi, dengan kekosongan bidan desa di berbagai daerah, seorang bidan desa
saat ini ada yang bertugas untuk dua sampai tiga desa.
Padahal, menurut Azrul, tugas bidan desa tidak hanya dalam bidang kesehatan
ibu anak (KIA) dan pelayanan keluarga berencana (KB). Bidan desa bertugas
sebagai public health officer sehingga tugas mereka menjadi lebih kompleks.
Risiko Tinggi
Disebutkan, bidan sangat berperan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI)
di Indonesia yang masih tinggi atau 334/100.000 kelahiran hidup. Angka itu
tertinggi di kawasan ASEAN. Jika dibanding dengan AKI di negara ASEAN yang
lain, AKI di Indonesia lima sampai tiga puluh kali lebih tinggi.
Sedangkan, angka kematian bayi baru lahir, menurut Direktur Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Prof Dr Ahmad Djojosugito, tercatat
21,8/1.000 kelahiran hidup. Tiga penyebab utama kematian ibu adalah
perdarahan 40-60 persen, infeksi 30 persen, dan eklampsi 20 persen.
Kematian ibu umumnya terjadi pada kelompok ibu dengan risiko tinggi, yang
dapat mengancam jiwa ibu/janin. Sedangkan, penyebab utama kematian bayi baru
lahir adalah infeksi, imaturitas, dan asfiksia.
"Untuk mengurangi angka kematian, sejak tahun 2001 dilaksanakan making
pregnancy safer. Realisasi tersebut di tingkat Puskesmas yang mempunyai
dokter umum dan bidan," kata Ahmad.
Selain itu, Nur Ainy mengatakan karena kompleksnya tugas yang dijalankan
bidan desa, idealnya satu desa punya dua sampai tiga bidan desa. Itu penting
mengingat tugas seorang bidan desa, selain KIA/KB, juga menggerakkan peran
serta masyarakat, pemberdayaan Posyandu, dan penanganan gawat darurat.
Untuk itu, keterampilan bidan desa pun perlu ditingkatkan (dari D1 menjadi
D3). Tetapi, bidan yang mendapatkan pendidikan D1 kesulitan untuk
melanjutkan pendidikan D3, sebab jika bidan mengikuti pendidikan, praktis
desa tersebut tidak punya bidan desa. (N-4)


Last modified: 23/8/2002