[Nasional-m] Poso Mencekam Lagi, Sepekan Terakhir Menewaskan 12 Orang

Ambon nasional-m@polarhome.com
Thu Aug 15 01:48:04 2002


Kompas
Kamis, 15 Agustus 2002

TAJUK RENCANA
Poso Mencekam Lagi, Sepekan Terakhir Menewaskan 12 Orang

KONFLIK bermuatan SARA meletus lagi di Poso, Sulawesi Tengah. Korban tewas
sampai Senin malam 12 Agustus, berjumlah 12 orang. Serangan terhadap
penumpang bus, pembakaran rumah tinggal sementara pengungsi, serta serangan
ke beberapa desa dilakukan oleh penembak dan orang-orang yang tidak dikenal
dan sejauh ini belum teridentifikasikan.
Kepanikan berulang meskipun belum sebesar prakesepakatan Malino I bulan
Desember 2001. Di antara yang tewas dalam serangan bus 8 Agustus 2002,
seorang turis Italia bernama Lorenzo Taddei yang naik bus bersama istri dan
dua wisatawan Perancis.
Sejak itu, serangan yang disertai pembakaran dan penembakan terjadi
berulang-ulang. Sejauh ini korban tewas 12 orang, belum termasuk yang luka
serta paniknya lagi penduduk yang tinggal di rumah sementara maupun di
permukimannya sendiri. Barikade dipasang lagi. Penduduk kembali
mempersenjatai diri secara lengkap. Keadaan kembali tegang, curiga dan
mencekam.
SALAH satu masalah yang muncul ialah hampir setiap kali aparat keamanan
tidak segera berhasil menangkap pelaku untuk membuat jelas duduk perkaranya,
sekaligus mencegah eskalasi kambuhnya konflik, permusuhan dan aksi
kekerasan.
Sebagai tindak pencegahan selanjutnya serta bagian dari pemeliharaan
kesepakatan dan perdamaian secara berkelanjutan, masalah itu haruslah
mendapat perhatian. Memang medannya sulit dan keadaannya muskil. Medannya
luas serta seluk beluk persoalan masih begitu peka, sehingga amat mudah
dipicu oleh siapa pun yang dengan motif apa pun ingin membuyarkan
kesepakatan dan perdamaian.
Sebagai usaha prevensi, disarankan pula tindakan lebih tegas, hingga calon
perusak perdamaian takut dan jera. Sungguh berat tugas di lapangan. Harus
tegas dan efektif langkah deterennya, tetapi diperlukan pula sikap dan
langkah bijak.
AMATLAH jelas, betapa sulitnya membuahkan dan memelihara perdamaian.
Sebaliknya betapa mudahnya merusak perdamaian serta menghidupkan lagi permus
uhan, curiga dan balas-membalas.
Terang pula pesannya, yakni kecuali tindakan prevensi dan tindakan efektif
aparat keamanan pascakejadian, diperlukan kepedulian pemeliharaan serta
upaya konkret rekonsiliasi di lapangan.
Siapakah yang dapat melakukannya? Pamong praja, pemimpin komunitas-komunitas
lokal. Pemimpin komunitas betapapun panas dan emosi, jangan mudah terpancing
dan membuat pernyataan yang memanaskan. Akan tetapi, jika memang misalnya
ada indikator kuat keterlibatan oknum aparat keamanan, hal itu dikumpulkan
buktinya serta disampaikan kepada yang berwenang sampai dilakukan
penyelidikan dan tindakan efektif.
Lebih dari itu, semua pihak yang berkemauan baik dan secara tulus terpanggil
ikut memulihkan dan memelihara perdamaian dan rekonsiliasi agar diberi
kesempatan dan keleluasaan. Sebab memang diperlukan perhatian dan mobilisasi
opini.
Media massa barangkali perlu secara terus-menerus memberi perhatian terhadap
daerah-daerah konflik. Biarlah opini publik di tingkat lokal, daerah dan
nasional tidak melupakan dan melalaikan daerah-daerah konflik serta
permasalahannya.
KESEPAKATAN dan perdamaian seperti yang tercapai di Poso lewat Kesepakatan
Malino I barulah awal. Awal kesepakatan menghentikan konflik dan permusuhan.
Segera diperlukan tindak lanjut yang mengacu kepada kesepakatan, mengacu
kepada dadakan konflik, serta latar belakang dan prosesnya.
Diperlukan kebijakan dan tindakan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang. Maka tidaklah memadai jika kebijakan dan tindakannya sekadar ad
hoc. Embrio dari pemerhati, pemantau dan kepedulian terhadap masalah konflik
ada. Bahkan, berbagai tindakan telah diambil. Termasuk turunnya Menko dan
Menteri dari Jakarta serta dibentuknya suatu badan seperti badan pencari
fakta untuk konflik Maluku.
Tetapi, jika diingat, masalah konflik adalah persoalan serius dan strategis
bagi kehidupan bangsa dan negara, perhatian lebih strategis berikut
penanganannya, amatlah diperlukan.
Bahwa masalah konflik serius dan strategis, sudah kita sadari dan maklumi
bersama. Bahkan, Sidang Tahunan MPR minggu lalu memperingatkannya lagi
dengan pesan yang jelas bagi eksekutif dan bangsa Indonesia.
BUKAN saja keamanan dan rasa aman yang dipertaruhkan. Juga tidak hanya lari
dan enggannya investasi dari luar. Dipertaruhkan pula eksistensi dan
keutuhan bangsa dan negara.
Tugas dan tanggung jawab itu termasuk tugas dan tanggung jawab nasional.
Masyarakat dan pemimpinnya ikut memikul. Kepedulian dan penanganannya masuk
ke prioritas agenda kita bersama. Urusan itu sungguh urusan kita bersama
semata-
mata.
Hal-hal lain, termasuk prioritas-prioritas lain, tergantung dari persoalan
konflik dengan segala implikasinya. Yakni persoalan konflik yang kita
tangani secara komprehensif, terus-menerus, terbuka, bijak dan efektif.
Meletupnya lagi konflik Poso membawa pesan yang cukup jelas bagi kita.